JAKARTA, KOMPAS.com - Jenazah GR (7), bocah yang tewas karena tersengat listrik PLN di kawasan Rusun Penjaringan, Jakarta Utara dibawa ke masjid dekat rumah korban pada Kamis (5/11/2019) malam.
Jenazah GR tiba dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang diiringi rombongan keluarga korban.
Saat jenazah GR digotong menuju masjid, kedua orangtua GR yakni Sumitro dan Suhaeni tak kuasa menahan air matanya.
Bahkan Suhaeni sempat pingsan hingga dituntun oleh warga menuju kediamannya di Tanjung Wangi, Penjaringan, Jakarta Utara.
Sementara Sumitro duduk bersimpuh di samping keranda jenazah anak semata wayangnya didampingi dua orang warga lain yang berusaha menguatkan dirinya.
Madrofik (64), paman dari GR mengatakan, pihak keluarga meminta PLN agar bertanggung jawab terhadap kasus tersebut.
"Kita minta bertanggung jawab pihak PLN. Jangan sampai terulang lagi, sama dari perusahaan, rumah susun," kata Mardofik kepada awak media Kamis.
Menurutnya, warga sama sekali tidak tahu bahwa di lokasi pembongkaran gedung rusun lama itu masih ada listrik aktif yang bisa membahayakan nyawa.
Seharusnya, lokasi tersebut diberi semacam pembatas agar tidak ada warga terutama anak-anak yang bisa menjangkau lokasi itu.
"Biasanya kan dibongkar gitu ditutup pakai seng, kok ini nyablak begitu, kan keteledoran dia orang," ujar Mardofik.
Sebelumnya diberitakan, GR tewas saat mengambil bola di genangan air yang ada di dekat kabel listrik PLN yang dipotong tersebut
Berdasarkan pantauan di lokasi, kabel listrik itu berada di ketinggian 50 cm di atas tanah. Namun di bawahnya ada genangan setinggi 30 cm.
Kanit Reskrim Polsek Metro Penjaringan Kompol Mustakim mengatakan hujan deras tadi malam mengakibatkan genangan di lokasi lebih tinggi sehingga merendam kabel tersebut.
Hal itu yang membuat GR tersetrum hingga tewas di RS Atmajaya, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/05/22354881/orangtua-tangisi-jenazah-anaknya-yang-tersetrum-listrik-minta-pln