Salin Artikel

Mengenal Wihara Pan Kho Bio, Kelenteng Tertua di Bogor yang Pernah Jadi Tempat Istirahat Prabu Siliwangi

BOGOR, KOMPAS.com - Kelenteng atau Wihara Pan Kho Bio bisa dibilang merupakan kelenteng tertua di Bogor.

Kelenteng ini terletak di sebuah pulau kecil di tengah sungai Ciliwung, yaitu Pulo Geulis.

Dalam bahasa Sunda, pulo artinya pulau, sedangkan geulis artinya cantik.

Di tengah pulau kecil itu lah, kelenteng ini berdiri. Kelenteng ini memiliki nama lengkap wihara Maha Brahma, Pan Kho Bio.

Ketika memasuki tempat itu, terdapat altar yang menghadap ke pintu utama.

Altar itu terdiri dari tempat patung Dewa Pan Kho, dewa tertinggi yang disembah di klenteng itu.

Itu sebabnya, tempat ibadah itu diberi nama Pan Kho Bio, yang artinya kelenteng Pan Kho.

Bangunan seluas 400 meter persegi tersebut dipenuhi oleh berbagai ornamen dari budaya lain, seperti arca kura-kura yang melambangkan ketekunan dan panjang umur dalam filosofi Tionghoa.

Lalu, terdapat patung harimau hitam dan patung harimau putih yang melambangkan kegagahan, kejayaan, dan keberanian.

“Patung-patung itu dipercaya sebagai jelmaan Raja Prabu Siliwangi sebagai Raja Pajajaran yang abadi karena pengaruhnya membawa Pajajaran hingga masa kejayaan,” ujar Abraham Halim, pemerhati sejarah Kampung Pulo Geulis.

Sudah Ada Sejak Kerajaan Pajajaran

Pria yang akrab disapa Bram ini menjelaskan, keberadaan kelenteng ini sudah ada sejak zaman Pajajaran.

Sebelum menjadi kelenteng, tempat ini juga digunakan sebagai tempat peristirahatan oleh Raja Prabu Siliwangi pada zaman Kerajaan Pajajaran yang dibentuk pada tahun 1482.

Karena itu, orang Tionghoa menganggap tempat ini sakral dan membangun kelenteng di tempat ini.

Ia mengatakan, kelenteng tersebut merupakan kelenteng tertua di Bogor dan salah satu yang tertua juga di Nusantara.

Kelenteng ini ditemukan pada masa penjajahan Belanda.

Di dalam kelenteng ini, terdapat makam dan petilasan dari ulama penyebar agama Islam serta anggota kerajaan Pajajaran, salah satunya adalah Raja Surya Kencana.

Berbeda dengan makam, petilasan merupakan bukti simbolis bahwa para ulama penyebar agama Islam dan anggota kerajaan Pajajaran sering berada di tempat ini.

Salah satunya adalah petilasan Embah Sakee, putra Agung Sultan Tirtayasa dari Kerajaan Banten.

Di bagian belakang kelenteng Pan Kho Bio, terdapat ruangan memanjang dengan dua batu besar petilasan Embah Sakee dan Eyang Jayaningrat.

Di sisi kanan kelenteng Pan Kho Bio, terdapat petilasan Eyang Prabu Surya Kencana dengan dua patung kepala harimau hitam, patung harimau putih kecil, harimau, dan sebuah arca kura-kura berukuran besar.

Bersebelahan dengan petilasan, terdapat makam Embah Imam, leluhur penyebar agama Islam pada zaman Kerajaan Pajajaran.

Sempat Ganti Nama

Chandra, pengurus Vihara Pan Kho Bio berujar, kelenteng ini sudah ada sejak tahun 1703 dan menjadi yang tertua di Bogor.

“Tempat ini ditemukan kembali pada tahun 1703 oleh tim ekspedisi Abraham van Riebececk,” ujar Chandra.

Dalam bangunan ini, terdapat beberapa patilasan leluhur keluarga Kerajaan Pajajaran. Pada Orde Baru.

Namanya pun berubah nama menjadi Wihara Maha Brahma.

“Pada masa orde baru tahun 1974, kelenteng itu harus diurus oleh Ditjen Agama Hindu-buddha. Jadi, setiap kelenteng itu harus dinamai wihara,” ujar Candra.

Jika pada umumnya kelenteng didominasi dengan warna merah dan emas serta ornamen naga, di depan pintu masuk kelenteng Pan Kho Bio terdapat dua payung yang melambangkan budaya Sunda.

Artinya terdapat satu naungan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, makna dari payung ini sebagai manusia menginjak bumi dan menjunjung langit kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sudah menjadi cagar budaya

Selain menjadi pusat kegiatan agama bagi masyarakat keturunan tionghoa berkeyakinan taoisme, konghucu, dan buddha, kelenteng ini juga sudah ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2012.

Jika biasanya sebuah tempat yang dijadikan situs cagar budaya ditetapkan berdasarkan usia dan keaslian bangunannya, berbeda dengan kelenteng Pan Kho Bio.

Bram menjelaskan, kelenteng ini tidak dapat dilihat dari wujud bangunannya.

“Bukan karena bangunannya, tetapi karena warisan sejarah purbakala dari zaman Megalithikum,” ujar Bram.

Hal itu karena terdapat batu besar yang sudah ada sejak zaman Megalithikum yang terletak di aula utama Pan Kho Bio.

“Ketika kerajaan Pajajaran berdiri, batu ini menjadi monolit, yaitu batu tunggal yang menjadi tanda bahwa kerajaan itu berdiri,” tambah Bram.

Klenteng Pan Kho Bio atau Vihara Maha Brahma pernah mengalami renovasi total pada tahun 1984 dan direnovasi lagi pada tahun 2008.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/24/11043301/mengenal-wihara-pan-kho-bio-kelenteng-tertua-di-bogor-yang-pernah-jadi

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke