Salin Artikel

Pengakuan Eksekutor Suami Aulia Kesuma, Dibayar Rp 2 Juta dan Bantah Membunuh

JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang kasus pembunuhan Edi Candra Purnama alias Pupung Sadili dan putranya, Muhammad Edi Pradana dilanjutkan pada Kamis (20/2/2020).

Sidang dengan terdakwa dua eksekutor yakni Kusmawanto alias Agus dan Muhammad Nursahid alias Sugeng digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dua eksekutor ini merupakan kaki tangan Aulia Kesuma dan Geovanni Kelvin untuk membunuh korban.

Aulia merupakan istri korban dan Kelvin anak tiri korban.

Dengan agenda pemeriksaan Rizky Indrawarman dan penyidik Polda Metro Jaya selaku saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum, terungkap beberapa fakta baru dari persidangan tersebut.

Bahkan kedua terdakwa membuat sebuah pengakuan di muka sidang.

1. Dua eksekutor hanya dibayar sebesar Rp 2.000.000

Dalam persidangan, Agus mengaku keduanya hanya mendapatkan Rp 2.000.000 usai membunuh Pupung Sadili.

Awalnya, mereka dijanjikan uang sebesar Rp 500 juta untuk membantu menghabisi Pupung dan Edi.

Namun setelah aksi tersebut selesai, dia hanya dikasih uang sebesar Rp 8.000.000 oleh Aulia Kesuma.

"Saya dikasih Rp 8.000.000. Uangnya saya kasih ke Aki," ucap Agus di persidangan.

Aki merupakan seorang dukun yang dikenal oleh Aulia Kesuma. Aki juga lah yang mendatangkan dua eksekutor dari Lampung ke Jakarta atas permintaan Aulia Kesuma.

Setelah Aki meminta uang tersebut, Agus dan Sugeng pun hanya diberikan uang sebesar Rp 2.000.000 sebagai ongkos pulang ke Lampung. 

2. Dua eksekutor bantah membunuh Pupung Sadili

Sigit selaku penyidik Polda Metro Jaya sekaligus saksi yang dihadirkan JPU mengatakan bahwa Agus dan Sugeng ikut menghabisi nyawa Pupung Sadili dengan cara mencekik dan menginjak leher korban.

Hal itu dikatakan berdasarkan hasil pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan polisi kepada dua ekekutor.

Namun di persidangan, dua eksekutor ini membantah hal tersebut.

Saat peristiwa pembunuhan terjadi, Agus mengaku hanya memegangi kaki korban Edi Candra Purnama alias Pupung Sadili.

Dia memegangi kaki lantaran Pupung meronta ketika dibekap oleh sang istri, yakni Aulia Kesuma.

"Saya tidak mencekik dan menginjak (leher) korban. Saya hanya pegangi kaki," kata Agus.

Sementara itu, Sugeng juga membantah ikut terlibat eksekusi pembunuhan Pupung.

"Saya hanya membalikan (jenazah) dan memasukan ke dalam mobil. Korban (Pupung ) sudah almarhum," kata Sugeng.

3. Keluarga tidak tahu Pupung dan istri punya masalah

Rizki Indrawarman selaku pihak yang melaporkan ke polisi sekaligus keponakan dari Pupung mengaku sangat dekat dengan pamannya.

Terakhir kali bertemu dengan Pupung dan anaknya Dana ketika dua bulan sebelum peristiwa pembunuhan. Saat itu dia berkunjung ke rumah Pupung.

Namun saat pertemuan terakhir, Pupung maupun Dana tidak pernah bercerita soal pertikaian dengan Aulia Kesuma.

“Terakhir ketemu dua bulan lalu. Tidak pernah cerita soal masalah keluarga,” ucap dia.

Belakangan dia mengetahui bahwa Paman dan iparnya itu meniggal dengan tragis dan aktor dibaliknya adalah istrinya sendiri yakni Aulia Kesuma.

4. Aki masih diburu polisi

Aki selaku dukun dan orang menghubungkan antara Aulia Kesuma dan dua eksekutor masih dalam pengejaran polisi. Dia menghilang pasca polisi menangkap dua eksekutor di kawasan Lampung.

Aki diketahui tinggal berdekatan dengan Agus dan Sugeng. Dia juga dikenal sebagai orang yang disegani di lingkungan tempat tinggalnya.

Namun hingga saat ini keberadaan Aki belum diketahui. Polisi bahkan telah menetapkan Aki sebagai daftar orang yang sedang dicari.

“Untuk pencarian Aki kami koordinasikan dengan Polres Lampung,” kata Sigit di muka sidang.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/21/10132591/pengakuan-eksekutor-suami-aulia-kesuma-dibayar-rp-2-juta-dan-bantah

Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke