Salin Artikel

Uji Coba Aspal Sirkuit Formula E: Sisakan Bekas hingga Teguran Tim Komisi Pengarah

Trek sepanjang 2,6 kilometer itu akan melalui sisi barat dan selatan area Monas.

Rutenya, sisi selatan di dalam area Monas, belok kiri dan langsung berbelok kanan untuk keluar kawasan Monas melalui Jalan Silang Monas Tenggara, kemudian masuk ke Jalan Medan Merdeka Selatan.

Kemudian, rute balapan melintasi Jalan Medan Merdeka Selatan (dari arah Gambir menuju Patung Arjuna Wiwaha), belok kanan ke Jalan Silang Monas Barat Daya, masuk ke kawasan Monas, belok kiri ke sisi barat, lalu putar balik, dan belok kiri kembali ke sisi selatan.

Lokasi penyelenggaraan balapan di Monas diputuskan langsung oleh Formula E Operations (FEO).

Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka telah mengizinkan balapan di Monas dengan empat syarat agar cagar budaya di Monas tidak rusak atau berubah fungsi.

Lalu, bagaimana bentuk lintasan Formula E?

Batu alam (cobblestone) di dalam Monas akan dilapisi aspal sebagai lintasan balap. Namun, pengaspalan itu tidak permanen.

Setelah balapan dilepas, lapisan aspal akan dibongkar kembali.

Pengaspalan ini guna menyesuaikan standar lintasan balap sesuai aturan Fédération Internationale de l'Automobile (FIA) Formula E atau Federasi Otomotif Internasional.

Sesuai dengan aturan FIA, lintasan balap untuk ajang Formula E harus memenuhi standar grade 3.

Penyelenggara Formula E Jakarta 2020, PT Jakarta Propertindo (Jakpro), akan mengaspal cobblestone di Monas dalam waktu dekat.

Pengaspalan ditargetkan rampung pada April, dua bulan sebelum penyelenggaraan Formula E Jakarta pada 6 Juni 2020.

"Kami jadwalkan kira-kira pada bulan April itu akan kami selesaikan (pengaspalannya)," ujar Direktur Operasi PT Jakarta Propertindo Muhammad Taufiqurrachman, Selasa (25/2/2020).

Pemprov DKI dan Jakpro mengklaim pengaspalan itu tidak akan merusak batu alam atau cobblestone di kawasan Monas.

Apa yang dilakukan Jakpro sebelum mengaspal lintasan di Monas?

Jakpro melakukan uji coba pengaspalan sirkuit Formula E pada Sabtu (22/2/2020). Uji coba dilakukan di sisi timur kawasan Monas.

Dalam uji coba itu, aspal melumuri bagian atas cobblestone.

Ada dua metode pengaspalan yang digunakan saat uji coba, yakni dilapisi sandsheet dan geotextile.

"Uji coba pengaspalan dengan dua metode, satu sandsheet, dua geotextile. (Uji coba) untuk menentukan mana yang paling efektif apabila nanti dikembalikan (kondisi semula) ke cobblestone," kata Deputy Director Communications Formula E Hilbram Dunar.

Aspal uji coba itu kemudian dibongkar pada Selasa (25/2/2020) dini hari. Bagaimana hasilnya?

Taufiq mengklaim, pengaspalan dengan metode geotextile tidak menyisakan bekas pada cobblestone setelah dibongkar.

Namun, Taufiq tidak menjelaskan hasil uji coba menggunakan metode sandsheet.

"Uji coba aspal sudah dilakukan dengan hasil lapisan geotextile lebih feksibel dan tidak menyisakan bekas sama sekali di cobblestone," ujar Taufiq dalam rapat pembahasan Formula E bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa.

Nyatanya, pengaspalan sisakan bekas.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Rabu (26/2/2020), aspal yang dibongkar tampak berbekas di antara cobblestone yang sebelumnya dilapisi aspal itu.

Kondisi cobblestone yang sebelumnya dilapisi aspal tampak berbeda dengan cobblestone yang tidak dilapisi.

Pada cobblestone yang dilapisi aspal, ada bekas aspal hitam yang tersisa di antara cobblestone itu.

Sementara pada cobblestone yang tidak diaspal, bagian di antara cobblestone itu berwarna putih.

Selain bekas aspal di antara cobblestone, ada juga bekas aspal pada tanah di taman Monas yang berbatasan dengan area cobblestone yang diaspal.

Kritik dan teguran tim Komisi Pengarah

Anggota tim asistensi Komisi Pengarah Bambang Hero Saharjo mengatakan, bekas aspal pada cobblestone merupakan gangguan terhadap cobblestone tersebut.

Bambang pun mengkritik dan menegur Jakpro karena adanya bekas aspal tersebut.

"Saya agak tegur juga. Ini tidak semulus seperti yang dinyatakan. Ini masih membekas dan ini salah satu bentuk bahwa ada disturbance terhadap cobblestone di sini," ujar Bambang saat meninjau lokasi bekas pengaspalan sirkuit Formula E, kemarin.

Bambang dan timnya pun mengambil sampel aspal yang tersisa di Monas untuk dianalisis di laboratorium.

Analisis sampel aspal dilakukan guna mengetahui ada atau tidaknya kerusakan akibat pengaspalan tersebut.

"Kami sudah ukur tadi lebarnya, panjangnya (bekas aspal)," ucap Bambang.

Apa kata Jakpro soal bekas aspal tersebut?

Direktur Utama Jakpro Dwi Wahyu Daryoto mengakui bahwa aspal yang diujicobakan untuk sirkuit Formula E menyisakan bekas di antara cobblestone.

Menurut Dwi, aspal yang berbekas adalah yang dikerjakan dengan metode sandsheet.

"Ya mungkin masih ada aspalnya sedikit itu yang pakai sandsheet," ujar Dwi di Gedung DPRD DKI Jakarta, kemarin.

Dwi berujar, bekas aspal tersebut menjadi pertimbangan untuk menentukan metode pengaspalan yang akan dipakai untuk membangun sirkuit Formula E.

Jakpro juga akan membersihkan sisa aspal yang membekas pada cobblestone tersebut.

"Nanti kami perbaiki lagi lah, kami coba pembersihannya saja nanti," kata dia.

Sementara itu, kata Dwi, pengaspalan dengan metode geotextile lebih mulus atau tidak menyisakan bekas.

Dia menyatakan, pengaspalan dengan geotextile juga tidak menyebabkan cobblestone baret.

Karena itu, Jakpro cenderung memilih metode geotextile untuk mengaspal kawasan Monas sebagai sirkuit Formula E.

"Sebetulnya kalau pakai yang geotextile itu malah enggak apa-apa kan, tinggal dikelupas saja. Kalau geotextile enggak ada lecet juga, itu kan ya alas lah," ucap Dwi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/27/06144451/uji-coba-aspal-sirkuit-formula-e-sisakan-bekas-hingga-teguran-tim-komisi

Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke