Salin Artikel

Demo Ojek Online di DPR, Menolak Pembatasan Jalan hingga Sweeping Pengemudi

Mereka melakukan aksi unjuk rasa menyerukan penolakan usulan Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Nurhayati Manoarfa yang ingin ada pembatasan motor melintas di jalan nasional.

Bagi mereka, usulan tersebut dapat mengganggu usaha mencari penghasilan.

"Kami para driver ojek online yang sangat menentang keras atas usulan Wakil Ketua Komisi V DPR RI tersebut,” ujar Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia, Igun Wicaksono, Jumat.

Selain itu, pendemo juga menuntut untuk melegalkan ojek online sebagai moda angkutan khusus terbatas.

Sebab, sampai saat ini pemerintah belum dapat menyediakan moda transportasi umum yang layak, cepat nyaman dan aman, tidak berdesakan.

Sehingga ojek online menjadi salah satu transportasi alternatif mengantar masyarakat ke tempat tujuannya menjadi lebih cepat.

“Maka apabila ruang gerak sepeda motor yang notabene digunakan sebagai ojek online dibatasi, maka sama saja Wakil Ketua Komisi V DPR RI tidak pro kepada rakyat,” ucap Igun.

Kemudian, pihaknya juga meminta pemerintah merevisi Rancangan Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk melegalkan ojek online agar bisa mengangkut penumpang.

Pengemudi ojek online ini juga berharap tuntutan-tuntutan yang diserukan dapat diterima oleh pemerintah.

“Berharapnya pemerintah menerima tuntutan kami,” kata Igun.

Igun juga mengancam, aksi protes serupa akan dilakukan bergelombang di berbagai kota di Indonesia jika wacana pembatasan motor di jalan nasional diberlakukan.

“Ini bisa jadi bergelombang untuk memprotes usulan wacana pembatasan sepeda motor yang akan dilarang di jalan nasional,” tutur dia.

Sweeping

Saat aksi berlangsung, masih ada sebagian pengemudi ojol yang beroperasi di jalanan. Akhirnya, pendemo melakukan sweeping.

Salah satu lokasi yang dipantau kelompok pendemo, yakni di Stasium Palmerah, Jakarta Barat.

Pantauan Kompas.com pukul 15.00 WIB, mereka yang melakukan sweeping berdiri di seberang stasiun.

Para pengemudi yang membawa pelanggan kemudian diberhentikan.

"Bang, bang minggir, bang. Jangan ngebid (istilah untuk ojol yang sedang bawa pelanggan)," ujar salah satu ojol yang melakukan sweeping.

Beberapa ojol yang lewat akhirnya menurunkan pelanggannya. Ojol yang terkena sweeping tidak bisa berbuat banyak.

"Ya bagaimana lagi. Takutnya kita ada benturan kan. Hargai teman-teman yang lagi demo aja dah," ucap salah satu ojol.

Pelanggan kesulitan

Aksi demo dan sweeping yang dilakukan oleh pengemudi ojek online membuat banyak calon penumpang berkeluh kesah.

Selain sulit mendapat sopir, tarifnya pun melonjak jadi dua kali lipat.

Hal ini dirasakan salah seorang pekerja bernama Silvi (28) yang hendak menuju kantornya di Palmerah.

"Saya pesan ojol sekitar jam 12.30 dari Tomang ke Palmerah dengan jarak 6 km. Di Grab ongkosnya naik jadi Rp 32.000. Biasanya kisaran Rp 10.000-Rp 15.000," ucap Silvi saat dihubungi, Jumat.

Silvi mencari moda ojol lain, yakni Gojek. Setelah dicek, tarifnya masih normal berkisar Rp 15.000.

Namun, tiga kali mendapat pengemudi, pesanan Silvi selalu ditolak.

"Ditulis driver sibuk. Saya tunggu lagi pesan jam 13.05, berpikir habis shalat Jumat ada yang ambil. Ternyata tidak juga," ucap dia.

Akhirnya, Silvi kembali menggunakan Grab yang tarifnya kemudian turun menjadi Rp 19.000.

"Akhirnya dapat ojol jam 13.30-an," tutur dia.

Selama perjalanan, Silvi tidak melihat ada banyak pengemudi ojol yang melintas.

"Waktu saya lewat di kolong Slipi bersama driver Grab sempat dilirik gerombolan ojol yang sedang jalan kaki, tapi tidak sampai di-sweeping," kata dia.

Anggota DPR temui ojol

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Sufmi Dasco terlihat kesal saat menemui para pengemudi ojek online yang sedang melakukan unjuk rasa.

Kala itu, Dasco dan Rahmat Gobel sedang naik ke atas mobil Komando meminta maaf kepada massa dan mengatakan DPR kini sedang dalam masa reses.

Untuk menampung aspirasi para pengemudi ojek online, Dasco dan Gobel juga mengimbau para komunitas untuk membuat tim kecil untuk berdiskusi setelah masa reses berakhir.

"Secepatnya bentuk tim kecil nanti selesai reses kita buat pertemuan berkala untuk nampung aspirasi kalian," ucap Dasco.

Pernyataan Dasco ini kemudian langsung diteriaki salah seorang pengemudi ojek online.

"Kapan, Pak?" ucap pria itu di tengah kerumunan massa. 

Hal ini yang membuat Dasco geram.

"Eh saya sudah kasih menerima aspirasi Anda yang masuk akal juga dong. Saya ke sini mau terima aspirasi kalian," balas Dasco dengan nada meninggi.

Situasi agak sedikit memanas. Massa pengemudi ojek online langsung menyoraki Dasco yang sedang marah.

Namun, dengan cepat, Dasco melanjutkan orasi dengan berteriak.

"Dalam demo-demo begini hati-hati ada provokator. Kalau dibilang DPR sedang reses artinya DPR tidak ada kegiatan. Kami datang ke sini untuk terima aspirasi kawan-kawan sekalian," lantang Dasco bersuara di atas mobil komado.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/29/07395861/demo-ojek-online-di-dpr-menolak-pembatasan-jalan-hingga-sweeping

Terkini Lainnya

Kasus DBD di Tangerang Selatan Meningkat, Paling Banyak di Pamulang

Kasus DBD di Tangerang Selatan Meningkat, Paling Banyak di Pamulang

Megapolitan
'Flashback' Awal Kasus Pembunuhan Noven di Bogor, Korban Ditusuk Pria yang Diduga karena Dendam

"Flashback" Awal Kasus Pembunuhan Noven di Bogor, Korban Ditusuk Pria yang Diduga karena Dendam

Megapolitan
Ketua Kelompok Tani KSB Dibebaskan Polisi Usai Warga Tinggalkan Rusun

Ketua Kelompok Tani KSB Dibebaskan Polisi Usai Warga Tinggalkan Rusun

Megapolitan
Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Megapolitan
Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Megapolitan
PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

Megapolitan
Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA: Edukasi Anak sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA: Edukasi Anak sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke