Namun, Lebaran kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya lantaran berlangsung di tengah pandemi Covid-19.
Kondisi itu membuat sebagian profesi harus tetap bekerja. Seperti tenaga medis, terutama yang menangani pasien Covid-19.
Salah satunya Fitri (31), bukan nama asli, tenaga medis yang bekerja di rumah sakit Covid-19 rujukan Pemerintah.
Fitri sudah lima tahun tidak bisa merayakan Lebaran bersama keluarga saat hari H. Namun biasanya pada tahun-tahun sebelumnya, Fitri bisa berlebaran tiga hari setelah hari H.
Namun, kondisi Lebaran kali ini bakal berbeda. Ia tidak akan bisa bertemu keluarga dalam waktu dekat.
Fitri sudah hampir tiga bulan tak pulang ke rumah bertemu keluarganya.
Selama ini, ia tinggal di hotel yang disediakan Pemerintah untuk mencegah keluarganya tertular Covid-19 jika dirinya sebagai pembawa virus.
“Namanya tugas, kalau dibilang rindu ya rindu banget sama keluarga. Soalnya Lebaran tahun ini kan cuma sebatas hotel, rumah sakit, enggak bisa ke rumah orangtua. Cuma bisa lewat video call,” kata Fitri kepada Kompas.com, Sabtu (23/5/2020).
Namun, video call itu pun tak bisa ia lakukan dengan waktu lama lantaran masih harus melayani pasien Covid-19.
Fitri kini harus bekerja lebih intens lantaran jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit semakin banyak.
Apalagi beberapa perawat yang biasa bertugas harus dirumahkan, bahkan dirawat lantaran tertular pasien positif Covid-19.
“Pasien sekarang semakin bertambah banyak dari sebelumnya. Sekarang saja dengan kondisi yang kaya gini kami dinas hanya berdelapan yang seharusnya ber-12. Gimana kalau pasien tambah banyak lagi,” ucap Fitri.
Ia mengaku kondisi saat ini membuatnya semakin merasa lelah setiap harinya. Apalagi ditambah alat pelindung diri yang berlapis.
Namun, ia tak pernah mengeluh. Ia melakukan dengan ikhlas untuk merawat pasien Covid-19 hingga sembuh.
“Lebih capek ya pasti karena kitakan sekarang udah pakai hazmat, jadi capeknya lebih gitu. Tapi namanya tugas kan mau gimana lagi,” kata Fitri.
Kekecewaan pada masyarakat
Di tengah pandemi Covid-19 yang makin bertambah, ia kecewa melihat banyak masyarakat masih belum sadar pentingnya diam di rumah.
Menurut dia, jika makin banyak masyarakat yang keluar rumah berkerumun, maka makin banyak pula pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG).
Status OTG dapat membahayakan lantaran kasusnya sulit dilacak. OTG bisa saja menyebarkan kasus Covid-19 ke semua orang.
“Ya sebel sih ya, soalnya pasti kan bakal tambah lama nih abisnya Corona, pasien-pasien OTG berkeliaran di mana-mana kan kita enggak tau,” ujar Fitri.
Fitri menyadari bahwa memang bosan berada di rumah lama-lama. Namun, dengan diam di rumah, masyarakat bisa mengurangi risiko penyebaran Covid-19 yang masif.
Dengan demikian, masyarakat ikut membantu pekerjaan tenaga medis.
“Saya ingin cepat pulang, kangen sama keluarga. Sekarang saya enggak tahu belum ada kepastian bisa pulang berkumpul keluarga,” kata Fitri sendu.
“Tenaga medis tidak meminta dihargai oleh masyarakat. Dengan mereka bandel aja udah memperberat pekerjaan kita. Pasien tambah banyak dan kadang ada yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang tidak bagus,” tambah dia.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk tertib mengikuti aturan Pemerintah berada di rumah.
“Diam saja di rumah, syukuri aja bagaimana situasi kita. Tetap jaga kesehatan dan kebersihan agar sekeliling kita tetap terjaga,” tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/23/17422871/kerinduan-tenaga-medis-covid-19-berkumpul-bersama-keluarga