JAKARTA, KOMPAS.com - Butuh waktu bagi Naira Callista Maheswari (15) untuk melepaskan stres akibat tak diterima di SMA negeri pilihannya lewat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 jalur zonasi.
Hobi memasak lalu ia jalankan untuk melepas stres. Video-video memasak di YouTube ia tonton, lalu dipraktikkan. Hobinya pun membawa untung.
"Masak brownies, makaroni schotel, pastel tutup. Ya, hobi masak saja, di rumah daripada enggak ngapa-ngapain, bengong. Saya Google resep makanan, praktekin," ujar Naira saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (1/7/2020).
Gagal masuk di SMA pilihannya lewat jalur zonasi membuat Naira sampai menangis berhari-hari. Namun, ia tak ingin tenggelam dalam kesedihannya.
Naira dengan dukungan orangtuanya mengalihkan kesedihannya dengan memasak.
"Selama ada masa senggang, saya bisa saja bikin. Saya tahu masak ini hobi saja. Ini jualan ada order," ujar perempuan lulusan SMPN 115 Jakarta ini.
Hobi memasak Naira membawa keuntungan meskipun tak banyak. Ia sudah berhasil memenuhi 20 pesanan.
Awalnya, Naira tak ada niat untuk menjual makanan buatannya. Ibu Naira, Linda Widyasari, sering mengunggah makanannya di media sosial.
Ayahnya juga pernah membawa kue ke kantor untuk dibagikan.
Akhirnya, teman-teman Linda dan suaminya banyak yang penasaran dan memesan. Kue-kuenya dijual dengan merek "Nai-nai Kitchen".
"Pelanggannya Mama dan Papa. Katanya sih enak," ujar Naira sambil tertawa kecil.
Tiga masakan itu adalah hasil dari saran dari ibunya. Sebelum memutuskan untuk jualan, Naira berdiskusi dengan ibunya tentang kue yang bisa dan cepat terjual, tetapi banyak yang suka.
"Saya kan bisa masak apa saja," tambah Naira sembari menyebutkan hidangan ayam aneka bumbu yang tentu siap bikin ngiler.
Ia mengaku bisa memasak ayam telor asin, ayam cabe garam, sapi bumbu bali, ayam kemangi, ayam bumbu bali, ayam kemangi, dan udang mayones.
Hidangan-hidangan tersebut ia coba masak sejak bulan Maret.
Naira bilang, "Pas sekolah disuruh work from home, saya coba masak-masak belajar dari Youtube."
Bagi Naira, memasak adalah urusan kesenangan. Urusan mengemas makanan, Naira dibantu ibunya.
Untuk menjualnya, ia mewajibkan pelanggannya untuk melakukan pre order minimal 3-4 hari.
Harga brownies ia jual Rp 45.000, makaroni schotel Rp 200.000, dan pastel Rp 150.000.
Ibu Naira, Linda, mengatakan, kegiatan memasak tersebut adalah bentuk pengalihan stres akibat kegagalan masuk SMA negeri pilihan lewat jalur zonasi.
Saat memasak, Naira bisa santai dengan mendengarkan musik Korea.
"Saya bagian modal, beli bahan. Dia yang masak. Saya ke Alfamart, pasar. Yang penting apa pun hobi dia, saya kasih. Yang penting dia senang banyak yang kejual dan bisa happy," ujar Linda.
Linda sudah senang Naira bisa melakukan hobinya. Dengan begitu, stres yang dialaminya bisa berkurang, bahkan hilang.
Linda bilang, Naira sudah mencoba memasak hingga 40 resep makanan. Untuk urusan memasak, Linda heran dengan hasil masakan Naira.
"Masakannya memang enak. Saya bingung sendiri sama anak itu. Kok bisa ya anak itu masak?" kata Linda.
Linda bilang bahwa dirinya tak ada hobi memasak. Sejak masa gadisnya, ia justru suka ke bengkel daripada ke dapur.
"Saya suka lihat onderdil. Kalau orangtua mau ke bengkel, saya yang suka," jelas Linda.
"Kalau Ibu mah enggak bisa masak," ujar Naira sebelum ibunya mengaku suka onderdil sambil tertawa.
Meski hobi memasak, Linda tak berencana untuk memasukkan anaknya ke SMK jurusan perhotelan.
Ia tetap ingin membantu anaknya yang bercita-cita menjadi dokter anak lewat jalur SMA Negeri demi meringankan biaya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/03/05290061/saat-hobi-memasak-alihkan-stres-akibat-gagal-ppdb-jakarta-2020