Salin Artikel

Kasus Covid-19 di Jakarta Cenderung Turun, Apakah Sudah Terkendali?

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus harian Covid-19 di Jakarta cendrung mengalami tren penurunan. Dalam dua pekan terakhir, baru dua kali penambahan kasus harian di ibu kota menyentuh angka lebih dari 1.000.

Tren penurunan ini mulai terlihat pada sepekan setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pengetatan selesai dilakukan.

Pada 17 Oktober, kasus harian Covid-19 mulai menurun ke angka 974 kasus. Tren kasus harian tak lebih dari 1.000 kasus per hari kemudian terus berlanjut. Baru pada 24 Oktober kasus harian kembali meningkat di atas 1.000, tepatnya 1.062.

Namun hari selanjutnya kasus harian Covid-19 di ibu kota kembali menurun. Baru pada 2 November kemarin, kasus Covid-19 di Jakarta kembali melonjak di angka 1.024 kasus.

Tren penurunan tersebut juga berdampak pada kasus aktif Covid-19 di ibu kota. Kasus aktif adalah pasien yang saat ini masih menjalani perawatan atau isolasi mandiri.

Jumlah kasus aktif didapatkan dari akumulasi kasus positif dikurangi kasus sembuh dan meninggal dunia.

Pada 11 Oktober lalu atau di hari terakhir PSBB pengetatan, kasus aktif DKI Jakarta masih berada di angka 13.556. Namun per 2 November kemarin jumlahnya menurun ke angka 9.062.

Apakah sudah terkendali?

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai menurunnya kasus harian di DKI Jakarta ini tak terlepas dari PSBB pengetatan yang sempat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 14 September-11 Oktober lalu.

Selain itu, ia juga menilai penurunan ini merupakan hasil dari operasi testing, tracing dan treatment (3T) yang dilakukan Pemprov DKI.

"PSBB pengetatan tentu ada dampak positifnya. Namun juga tidak berdiri sendiri. Karena PSBB sifanya pelengkap strategi 3T," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

"Saya lihat DKI relatif sudah on track terkait strategi 3T-nya, walaupun masih banyak yang harus ditingkatkan," kata dia.

Dalam hal testing misalnya, sepekan terakhir DKI sudah melakukan tes swab PCR kepada 52.181 orang. Jumlah itu sudah 5 kali lipat standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sementara daerah lain justru belum bisa memenuhi standar WHO untuk mengetes 1:1.000 penduduk per minggu.

Kendati demikian, Dicky mengingatkan positivity rate di Jakarta masih cukup tinggi. Dari keseluruhan orang yang telah dites, ada 9,9 persen yang dinyatakan positif Covid-19.

"Belum lima persen. Malah yang ditarget itu 1-3 persen. Ini menggambarkan kasus yang belum terdeteksi di masyarakat masih sangat banyak," kata Dicky.

Untuk memperbaiki positivity rate ini, Dicky menyarankan Pemprov DKI bisa meningkatkan lagi kapasitas testing. Meski sudah lima kali lipat standar WHO, Dicky menilai testing yang dilakukan di ibu kota belum sesuai dengan eskalasi pandemi.

Lalu strategi lanjutan dari testing itu, yakni tracing atau pelacakan juga belum maksimal.

"Tracing juga belum sesuai, target WHO kan 40 persen minimal," ujarnya.

Berdasarkan hal itu, maka Dicky menyimpulkan kasus Covid-19 di DKI belum terkendali meski cendrung menurun.

"Ini masih jadi PR panjang dan artinya (Covid-19 di Jakarta) belum terkendali," kata dia.

Dicky menegaskan, Jakarta bisa dikatakan melewati puncak kasus corona jika terjadi penurunan secara dua pekan berturut-turut. Artinya dalam dua pekan, tak ada satu hari pun yang mengalami kenaikan kasus harian.

"Kalau sekarang ini belum sampai puncak karena belum stabil turunnya," ujar dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/03/12024381/kasus-covid-19-di-jakarta-cenderung-turun-apakah-sudah-terkendali

Terkini Lainnya

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke