JAKARTA, KOMPAS.com - Sikut bertemu sikut, keringatan, dan kuping pengang. Begitulah gambaran lorong Blok M Mall di era 1990 hingga 2000-an. Desak-desakan di lorong Blok M Mall adalah hal yang biasa bagi generasi 90-an.
Suara teriakan para penjual di lorong berdampingan dengan lagu-lagu house music, ada juga lagu Dewa 19. Masing-masing kios berlomba adu kencang suara untuk menarik perhatian.
Keramaian di lorong Blok M Mall tak lepas dari peran Terminal Blok M yang menjadi pusat keluar masuk transportasi umum di Jakarta.
Rohman (55), satpam di Blok M Mall sejak 1992 bercerita bahwa dulu Blok M Mall menjadi tempat nongkrong anak muda sejak 1992 hingga 2008.
Keramaian Blok M Mall pada era kejayaannya disokong oleh Terminal Blok M, yang terintegrasi langsung dengan bangunan.
Rohman menyebutkan, masyarakat dari peron jalur-jalur Terminal Blok M langsung bisa mengakses Blok M Mall.
Terminal Blok M pada era 1990-2000-an menyediakan berbagai bus dengan aneka rute, mulai dari Jakarta hingga daerah penyangga seperti Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.
"Kalau dulu Blok M Mall ramai karena transitnya di Terminal Blok M. Kan dulu ada Metromini 610, 69, 79, 76, dan lainnya," ujarnya.
Masyarakat dari arah Melawai juga melewati lorong Blok M Mall sepanjang lebih dari 500 meter menuju Terminal Blok M. Lorong tersebut berada persisi di bawah Terminal Blok M.
Meski demikian, ada yang memilih naik dari pintu masuk dan pintu keluar Terminal Blok M. Kesemwratuan Terminal Blok M sudah jadi momok sejak awal berdiri. Orang-orang dan sopir bus saat itu terkadang semaunya menaikkan dan menurunkan penumpang.
Metromini menjadi salah satu andalan transportasi pada medio 1990-2000-an di Terminal Blok M. Ongkos yang murah dan pilihan rute yang banyak menjadi andalan masyarakat Jakarta.
Selain itu, ada pula perusahaan transportasi lain seperti Kopaja, Mayasari Bhakti, dan Koantas Bima yang turut mewarnai riuh ramai Terminal Blok M.
"Dulu kalau jam pulang kerja itu ramai di Blok M Mall. Orang-orang dulu lewat Blok M Mall ya untuk transit pas pulang kerja. Karena sekarang transportasi berkembang, jadi ga ada yang transit di Blok M Mall," ujarnya.
Mall Blok M juga menjadi salah satu pusat perbelanjaan legendaris era 1990-2000-an. Mall Blok M menyediakan berbagai keperluan fashion dari tingkat menengah ke bawah.
Adapula berbagai restoran cepat saji kenamaan yang pernah hadir di Blok M Mall, yakni KFC, McDonalds, dan Dunkin Donats.
Perlahan-lahan, ketenaran Blok M Mall mulai berkurang sejak tahun 2000. Krisis moneter pada 1998 juga turut berpengaruh pada penurunan.
Kejayaan Blok M Mall semakin pudar ketika Transjakarta mulai masuk ke Blok M. Satu per satu Metromini juga mulai tumbang lantaran terkena dampak aturan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait peremajaan transportasi.
Hadirnya mall-mall lain selain Blok M juga turut menumbangkan eksistensi Blok M Mall. Masyarakat kini bisa dengan mudah menjangkau mall-mall lain yang berada di dekat rumah.
Blok M Mall dan Terminal Blok M
Blok M Mall diresmikan pada 3 Oktober 1992 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto. Pembangunan Blok M Mall sendiri bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat itu.
Dikutip dari harian Kompas, Manajer Proyek Blok M Mall Mardjoko Sulistyono mengatakan, terminal dan Mal Blok M dibangun dengan biaya sekitar Rp 70 miliar.
Blok M Mall awalnya menyediakan ratusan kios. Blok M Mall saat itu diprediksi menjadi suatu one stop shopping karena semua kebutuhan tersedia.
Awalnya, Blok M Mall memiliki pasar swalayan seluas 2.000 meter persegi, department store 3.000 meter persegi, dan toko 7.000 meter persegi. Sementara itu, terminal seluas 11.200 meter persegi itu sendiri diperkirakan menampung 140.000 pengunjung per hari.
"Tahun 1992 itu, Blok M Mall itu tempat pertokoan. Awalnya dibuat untuk pertokoan. Dulu itu restoran itu KFC, McD, Dunkin Donats, ada toko sepatu, kaus, kemeja, toko elektronik seperti kulkas, TV, jam. Ya mal lengkap. Itu kalau secara isi hampir sama dengan Blok M Plaza, tapi ya kelasnya beda," kata Rohman.
Peresmian Blok M Mall, yang dilengkapi terminal dan dua lantai areal pertokoan di bawahnya pada 3 Oktober 1992 semakin memperkuat daya tarik kawasan Blok M. Namun, Blok M Mall tak semenarik dulu.
Kahar (62), seorang penjual di Blok M Mall sejak tahun 1992, mengistilahkan Blok M Mall seperti kuburan. Blok M Mall kini telah mati.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/06/16410871/blok-m-mall-dulu-ramai-karena-peran-terminal-blok-m