Salin Artikel

Kisah Perjuangan Pedagang Tanaman Hias di Depok hingga Dapat Barter Rumah Rp 500 Juta

DEPOK, KOMPAS.com - Seorang pedagang bernama Mario (40) kaget bukan kepalang saat seseorang bernama Hidmat Syamsudin menawarkan barter tak terduga sekitar bulan lalu.

Tak tanggung-tanggung, Mario ditawari barter satu unit rumah seharga Rp 500 juta di Garut, Jawa Barat.

Memangnya, apa dagangan Mario?

Mario yang tinggal di Depok, Jawa Barat, berjualan aneka jenis tanaman, termasuk jenis aroid yang sedang naik daun.

Tak hanya berdagang tanaman di lapaknya, ia coba cari peminat melalui Facebook, dari grup ke grup. Di sana lah takdir mempertemukannya dengan Hidmat.

"Saya juga enggak menyangka, saya enggak ngeh di inbox itu, terabaikan. Lalu dia (Hidmat) menelepon. Dari telepon itu dia bilang, 'Saya minat tanaman Bapak, bagus-bagus,'" tutur Mario ketika ditemui di kediamannya, Sabtu (16/1/2021).

"Seleranya tinggi," ucapnya.

Mario mengundang Hidmat agar menyambangi tempatnya guna melihat langsung tanaman yang diincar.

"Dia menawarkan, 'Bagaimana kalau ditukar rumah?'" kenang Mario.

"Saya enggak langsung deal, nilai rumah kan banyak, dan belum tahu nominalnya," ujarnya.

Hidmat pun memasang harga sekitar Rp 500 juta. Mario sempat ragu.

Ia berpikir, transaksi secara tunai sepertinya lebih baik.

"Tapi mungkin dia cashflow-nya kurang, kami pikirkan lah sekali lagi untuk barter," katanya.

Tanpa dinyana, Hidmat malam itu juga datang ke kediaman Mario untuk melihat-lihat tanaman incarannya.

Negosiasi pun terjadi. Rumah yang ditawarkan Hidmat kira-kira bernilai Rp 500 juta, dengan luas tanah tanah 135 meter persegi, bangunan 80 meter persegi.

Hidmat malah mengundang Mario melihat langsung rumah yang akan dijadikan objek tukar guling itu di Garut.

Selang beberapa hari, Mario memenuhi undangan itu. Kesepakatan pun terjadi.

"Langsung ke notaris, sudah oke, sertifikatnya dipegang, tanamannya kemudian saya kirim sekitar dua truk," kata Mario.

Total, ada sekitar 200 pot yang diborong Hidmat dari Mario. Sekitar 45-50 pot di antaranya jenis aroid di kisaran harga Rp 10 jutaan.

Mario bilang, gairahnya terhadap bisnis tanaman hias bukan baru mencuat belakangan ini karena tren.

Ia mengaku sudah menggelutinya sejak 2007.

Secara bertahap, ia coba menyuntuki aglonema dan anterium. Ia pun coba melebarkan bisnisnya tak jauh-jauh dari sana.

"Kombinasi lah, main landscape, struktur rumah kayu, interior dan eksterior, ya semua jalan satu kerjaan, satu usaha, di bidang seni lah, gitu saja," tutur Mario.

Seiring tumbuh cantiknya tanaman-tanaman itu, cintanya terhadap dunia botani, khususnya tanaman hias, juga ikut tumbuh.

Namun, cinta memang selalu menuntut perjuangan.

Mario tak menganggap barternya dengan rumah Rp 500 juta milik Hidmat tempo hari sebagai durian runtuh.

Bukan ketiban rezeki, katanya.

Menurut dia, itu adalah konsekuensi dari kegigihannya berjuang di bisnis ini sejak lama dengan ragam pengorbanannya.

"Perjuangannya panjang di tanaman. Awalnya cuma koleksi beberapa, lalu jadi banyak, itulah ya, ada yang dikorbankan. Ibaratnya saya jual meja ini, hanya dapat dua daun, Rp 25 juta," kisahnya.

"Perjuangannya itu sangat luar biasa untuk mencapai angka segitu."

Laba yang diperoleh Mario dari selisih modal dan harga jual tanamannya hanya sedikit yang ia tabung.

Duit itu harus ia putar dengan membelikan tanaman lain untuk dikembangkan.

Tak jarang, butuh modal puluhan juta rupiah pula untuk membeli satu pot tanaman baru yang ditaksir punya prospek cerah di kemudian hari.

"Untungannya enggak dimakan dulu, gimana caranya beli tanaman lagi. Untung lagi, beli tanaman lagi. Terus berputar saja, tahu gimana nanti tanaman yang akan ramai, dari aglonema ke philodendron, itu ya insting saya membaca geraknya jual-beli tanaman," ujar Mario bercerita.

"Kenapa sekarang bisa banyak, ya dari untung lalu saya belikan lagi, untung saya belikan lagi, akhirnya sampai mencapai kalau dihitung-hitung 500 pot. Itu yang ada sekarang," tambahnya.

"Kalau (jumlah tanaman yang sudah) keluar-masuk sudah enggak terhitung. Intinya dari yang 500 pot itu, mulai harga yang Rp 15.000 sampai yang setahu saya beberapa Rp 50 jutaan."

Hikmah wabah dan petuah untuk gigih

Meski rezeki yang ia panen saat ini boleh jadi hasil ketekunannya memelihara fokus pada bisnis tanaman, namun Mario toh tak menampik jika wabah Covid-19, di balik segala tragedinya, menyisakan hikmah.

Minat terhadap tanaman hias bermunculan bak cendawan di musim hujan. Mencuatnya apresiasi pada keindahan aglonema sampai monstera ia rasakan.

"Selama Covid-19 ini karena order lainnya berhenti ya, akhirnya ini income baru," sebut Mario.

"Sekarang tanaman bagus semua harganya karena semua menghargai. Jadi, mahal itu karena orang memang lagi menyenangi tanaman," tambahnya.

Kini, lapak tanaman hias Mario agak lowong sesudah Hidmat memborong 200 pot. Transaksi dengan nilai total sekitar setengah miliar rupiah itu sampai sekarang masih terasa mengejutkannya.

Sebab, sebelumnya, transaksi paling dahsyat paling banter hanya Rp 5 juta sampai  Rp 10 jutaan sekali jual tanaman hias.

Mario berujar, rumah di Garut itu belum ia tempati.

Ia mengaku masih memikirkan akan dibuat apa rumah tersebut, karena dirinya masih banyak hajat di Jabodetabek.

"Mungkin disewakan atau bagaimana lah nanti. Belum terpikir lah. Yang jelas alhamdulillah rezeki dan berkah untuk saya dan beliau," kata Mario.

Tak lupa, ia menitipkan pesan bagi insan-insan yang saat ini memutuskan berkecimpung dalam bisnis tanaman hias.

Petuah itu tentu tak jauh-jauh dari kredo yang selama ini ia pegang teguh: konsistensi, fokus, dan semangat.

"Apa pun usaha kita, terutama di tanaman, itu fokus saja. Semangat, karena dari tanaman itu akan berbalik ke kita," kata Mario.

"Kita pakai perasaan. Ada imbasnya, ada untungnya, untuk kita sendiri. Untuk teman-teman pencinta tanaman, petani, entah itu penjual juga juga, ya, fokus saja. Semangat," pungkasnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/16/13522371/kisah-perjuangan-pedagang-tanaman-hias-di-depok-hingga-dapat-barter-rumah

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke