Salin Artikel

Mengulik Data TomTom soal Kota Termacet yang Dibanggakan Anies di Depan Jokowi

Anies menyampaikan hal tersebut pada saat peringatan Hari Pers Nasional di Istana Negara, Selasa (9/2/2021) kemarin saat memberikan pidato peringatan Hari Pers Nasional.

"Izinkan kami juga melaporkan bahwa Jakarta pada tahun 2020 ini keluar dari daftar 10 besar kota termacet di dunia," kata Anies.

Sebenarnya informasi tersebut sudah lama diketahui publik lewat unggahan dari akun instagram Dinas Perhubungan DKI Jakarta @dishubdkijakarta pada 17 Januari lalu.

Dalam unggahan tersebut, Jakarta berada di peringkat 31 dari 416 kota termacet di dunia dari data yang dikeluarkan oleh TomTom Traffic Index untuk data tahun 2020.

Namun seperti apa sebenarnya perkembangan lalu lintas Jakarta selama tahun 2020? Mengingat ada banyak pembatasan yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta.

Benarkah Jakarta benar-benar mulai terbebas dari macet?

Sebelum pandemi, kemacetan Jakarta tak beda jauh dari 2019

Dilansir dari TomTom Traffic Index, Jakarta di tahun 2020 mengalami penurunan tingkat kemacetan dibandingkan tahun 2019 sebesar 17 persen.

TomTom juga melansir data perbulan arus tingkat kemacetan Jakarta. Pada Januari 2020, trafik Jakarta terbilang sibuk dengan tingkat kemacetan mencapai 55 persen.

Diketahui pada Januari tahun lalu, kasus Covid-19 masih belum ditemukan dan aktivitas di DKI Jakarta masih berjalan normal.

Tingkat kemacetan pun sempat melonjak di angka 61 persen pada Februari 2020 lalu.

Tingkat kemacetan Februari sekaligus menjadi tingkat kemacetan tertinggi di tahun 2020.

Menilik perbandingan data tahun 2019, tingkat kemacetan di Jakarta yang dicatat TomTom di masa sebelum pandemi tidak menunjukkan perubahan signifikan.

Hal itu terlihat dari grafis yang ditunjukkan lembaga itu dalam data berikut ini:

Setelah Februari, pertengahan Maret 2020 Indonesia mengumumkan kasus Covid-19 pertama, dan pergerakan manusia mulai menurun.

Hal ini pun langsung terlihat dari perbandingan grafis di samping.

Dibandingkan tahun 2019, terjadi penurunan signifikan tingkat kemacetan di Jakarta.

Saat PSBB, kemacetan berkurang

Pada Maret 2020 tercatat tingkat kemacetan DKI Jakarta berada di 44 persen.

Tingkat kemacetan kemudian menurun drastis saat DKI Jakarta mulai menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang pertama di bulan April.

Tingkat kemacetan menurun drastis dari 44 persen menjadi 11 persen.

Kemudian di bulan Mei, tingkat kemacetan mulai naik perlahan di 15 persen.

Juni meningkat 26 persen, Juli 30 persen dan Agustus kembali ke 26 persen.

Tingkat kemacetan mulai mengalami penurunan pada September 2020, saat itu Jakarta kembali menerapkan PSBB ketat yang membatasi pergerakan aktivitas orang secara masif, meski tak seketat PSBB penuh di bulan April.

Sehingga pada September 2020, tingkat kemacetan tercatat berada di angka 23 persen saja.

Setelah PSBB ketat September, tingkat kemacetan kembali naik pada Oktober 2020 menjadi 28 persen, November 34 persen, dan Desember 34 persen.

TomTom mencatat rata-rata tingkat kemacetan DKI Jakarta di tahun 2020 mencapai 36 persen dan menempatkan DKI Jakarta di urutan ke 31 kota termacet di dunia.

Simak data lengkap TomTom Traffic Index 2020 melalui tautan berikut ini.


Perbandingan dengan kota lain di dunia

Jika melihat data di atas, penurunan tingkat kemacetan di Jakarta banyak dipengaruhi oleh kebijakan PSBB yang diberlakukan di DKI Jakarta.

Khususnya pada saat penurunan tingkat kemacetan pada April dan September 2020 yang saat itu diambil kebijakan PSBB penuh dan PSBB ketat.

Namun ternyata DKI Jakarta tidak sendiri mengalami penurunan tingkat kemacetan di dunia akibat pandemi Covid-19

TomTom Traffic Index mencatat kota yang mengalami penurunan tingkat kemacetan tertinggi adalah Bengaluru di India dengan penurunan di tahun 2020 sebanyak 20 persen dibandingkan dengan tahun 2019.

Kedua adalah Manila, Filipina, dengan penurunan tingkat kemacetan 18 persen, Pune, India 17 persen diikuti Jakarta 17 persen dan Meksiko 16 persen.

Meski penurunan tingkat kemacetan Manila lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta yang hanya 17 persen, Manila ditempatkan TomTom di posisikan keempat kota termacet dunia dengan tingkat kemacetan rata-rata tahun 2020 mencapai 53 persen.

Diketahui Manila sempat menerapkan lockdown secara total pada April lalu. Bahkan catatan TomTom Traffic Index, pada bulan April, tingkat kemacetan Manila berada di angka nol persen.

Begitu juga kota Bengaluru di India yang memiliki penurunan tingkat kemacetan tertinggi di dunia, yaitu sebesar 20 persen.

Meski memiliki penurunan tingkat kemacetan tertinggi, namun Bengaluru ditempatkan di posisi keenam kota termacet di dunia oleh TomTom.

Catatan TomTom juga memperlihatkan penurunan tingkat kemacetan di Bengaluru terjadi pada April saat kota tersebut menerapkan lockdown.

Pada saat diterapkan lockdown, tingkat kemacetan hanya berada di 6 persen saja. Namun secara rata-rata Bengaluru memiliki tingkat kemacetan 51 persen di tahun 2020.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/10/15131051/mengulik-data-tomtom-soal-kota-termacet-yang-dibanggakan-anies-di-depan

Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke