JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Rian (21) di Bogor, Jawa Barat.
Korbannya adalah perempuan-perempuan muda yang diajak untuk menginap di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, lalu kemudian dicekik hingga tewas.
Sudah ada dua perempuan yang menjadi korban keganasan Rian, yakni DP (18) dan EL (23).
Tubuh DP ditemukan dengan kondisi kedua kaki terikat di kantong plastik hitam di pinggir Jalan Raya Cilebut, Kota Bogor, Kamis (25/2/2021) pagi.
Sementara tubuh EL ditemukan tergeletak di pinggir jalan Desa Pasir Angin, Megamendung, Kabupaten Bogor, pada Rabu (10/3/2021). Di mulutnya terdapat bercak darah.
Rian berhasil ditangkap di tempat persembunyiannya di wilayah Depok, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021) malam setelah polisi gencar melakukan pengejaran di beberapa tempat.
Diduga kuat ia akan melakukan pembunuhan selanjutnya jika polisi tidak segera melakukan penyergapan terhadap Rian, terlihat dari pola pembunuhan yang ia lakukan.
Pembunuh berantai, Babeh
Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Rian mengingatkan kembali akan kasus sama yang dilakukan oleh Baekuni alias Babeh.
Bedanya, korban yang ditarget Babeh adalah anak laki-laki. Sebelum dibunuh, korban disodomi terlebih dahulu.
Dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (20/9/2010), Babeh mengakui telah membunuh 14 anak jalanan, sebagian korban dimutilasi.
Berikut linimasa pembunuhan yang dilakukan oleh Babeh, dilansir dari Harian Kompas:
Tahun 1993, Babeh membunuh Adit (12) di Kuburan Rawaterate, Pulogadung, Jaktim. Tahun 1994, Feri (11) dan Doli (11) dibunuh di rawa di kawasan industri Pulogadung, dan di tanah kosong dekat bengkel di Cakung, Jaktim. Tahun 1995, Babeh membunuh Kiki (11) dan Irwan Imron (12). Kiki dibunuh di tanah kosong di Kupar, Cakung, sedangkan Irwan dibunuh di kebun kosong di Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.
Tahun 1998 Babeh membunuh dua anak, Teguh alias Ardi (11) dan Aris (11). Keduanya dibunuh di sekitar Kali Cibaok, Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat. Tahun 2004 dan 2005, giliran TeguhSepudin (13) dan Riki (9) dibunuh. Teguh dibunuh di Dusun Bugelan, Desa Mangunrejo, Kajoran, Magelang, serta Riki dibunuh di kontrakan Babeh.
Tahun 2007 Babeh membunuh Yusuf (7) dan Adi (12) di rumah kontrakan Babeh, sedangkan tahun 2008 Rio (12) dan Arif (7) dibunuh di rumah kontrakan Babeh. Korban terakhir Babeh adalah Ardiansyah (9) yang dibunuh Kamis (7/1/2009) di rumah kontrakan Babeh.
Kasus ini terungkap pada 8 Januari 2010 ketika ditemukan potongan mayat di dekat jembatan Banjir Kanal Timur di Jalan Raya Bekasi, Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur.
Mayat terpotong lima tanpa kepala itu kemudian teridentifikasi sebagai Ardiansyah (9), pengamen jalanan.
Babeh dibekuk Sabtu (9/1/2010) pukul 03.00 WIB di rumah kontrakannya di Gang H Dalim RT 6 RW 2, Pulogadung, Jakarta Timur.
Baekuni kecil pernah disodomi
Hidup Baekuni kecil dikepung cercaan sebagai ”si bodoh” karena sering tidak naik kelas.
Tak tahan lagi menanggung hinaan itu, anak petani miskin di Magelang, Jawa Tengah, itu meninggalkan bangku kelas III SD-nya dan kabur ke Jakarta.
Baekuni hidup menggelandang di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sampai suatu hari ia disodomi paksa oleh seorang preman.
Kenangan pahit tersebut membuat Baekuni mengidap paedofilia, atau gangguang kejiwaan berupa kecenderungan seksual terhadap anak-anak.
Di samping itu, dia juga didiagnosis mengidap nekrofilia situasional. Nekrofilia sendiri merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan kepuasan seksual yang dirasakan bila berhubungan intim dengan mayat.
Berkedok jadi ayah yang hangat
Menurut pengakuan Babeh, selama ini anak-anak jalanan dekat dengan dirinya karena ia bisa memberikan kebahagiaan, kehangatan, keramahan, dan perhatian yang lebih.
Tak hanya itu, mereka juga sering tamasya serta disiapkan makanan dan tempat berteduh.
Hampir pasti tak ada caci maki di rumah itu sehingga anak-anak jalan itu betah tinggal di rumah Babeh.
Di rumah kontrakannya di RT 6 RW 2, Gang Mudalim, Jalan Masjid, Pulogadung, anak- anak jalanan mudah tidur nyenyak.
Bahkan, saat mereka bangun, sudah ada minuman dan sajian hangat lainnya yang selalu disiapkan Babeh.
Mereka tidak pernah sadar perilaku asli Babeh hingga beberapa temannya menjadi korban pembunuhan dan mutilasi.
Dipenjara seumur hidup
Babeh akhirnya menerima ganjaran penjara seumur hidup atas pembunuhan dan mutilasi yang ia lakukan. Keputusan ini ditetapkan oleh PN Jakarta Timur pada 6 Januari 2010.
Dalam sidang, Hakim Ketua Mahfud Saifullah mengatakan, Babeh terbukti melakukan pembunuhan berencana dan sodomi terhadap sekurangnya empat pengamen anak jalanan.
Mereka adalah Ardiansyah, Arif (7), Rio (12), dan Arif Abdurrahman (7) alias Arif Kecil alias Yusuf.
Dalam sidang, Babeh mengakui, sejak tahun 1993, Babeh telah membunuh 14 pengamen anak jalanan.
Saat ditanya ketua majelis apakah Babeh menerima keputusan pengadilan, Babeh menjawab menerima.
Babeh keluar ruang sidang penuh senyum. Ia dibawa kembali ke Rumah Tahanan Cipinang, Jaktim.
Saat ditanya wartawan apakah dia siap menjalani hidup di penjara sampai akhir hayatnya, Babeh menjawab, "Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab. Saya sudah ikhlas. Saya bersyukur pada Allah."
Sebelumnya, jaksa penuntut umum kasus pembunuhan berantai tersebut menuntut Babeh dengan hukuman mati. (Kompas/ Windoro Adi)
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/15/06301601/babeh-pelaku-pembunuhan-dan-mutilasi-belasan-anak-yang-berkedok-jadi-ayah