JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang terduga teroris ditembak mati oleh polisi usai menyerang Mabes Polri, Rabu (31/3/2021) sore.
Penembakan di Mabes Polri itu bukan satu-satunya aksi serangan ke kantor polisi.
Berikut Kompas.com merangkumkan 4 peristiwa serangan ke kantor polisi di Jabodetabek.
1. Penembakan di Mabes Polri
Aksi baku tembak antara polisi dengan terduga teroris terjadi di Mabes Polri, Jakarta, sekitar pukul 16.30 WIB.
Dalam video amatir dan rekaman CCTV yang disiarkan Kompas TV memperlihatkan, terduga teroris tampak berjalan dari arah pintu masuk pejalan kaki atau pintu belakang Mabes Polri yang memang untuk umum.
Dia kemudian mendekati sisi gedung tepatnya pos penjaga, di dekat ruang kerja Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo.
Terduga teroris itu kemudian melepaskan tembakan. Sehingga, polisi pun membalas.
Menurut keterangan saksi di sekitar lokasi, ada sekitar tujuh letusan senjata api yang terdengar.
Polisi tidak butuh waktu lama untuk melumpuhkan terduga teroris yang akhirnya tewas di tempat.
Setelah identifikasi jenazah, pelaku penembakan diketahui seorang perempuan berinisial ZA (25), warga Ciracas, Jakarta Timur.
Hal itu diperkuat oleh surat wasiat yang ZA tinggalkan sebelum menyerang Mabes Polri. Ia juga telah berpamitan di grup WhatsApp keluarganya.
Dari hasil penyelidikan, ZA merupakan lone wolf atau pelaku yang bergerak sendiri.
Dia diketahui memiliki ideologi radikal ISIS.
2. Kerusuhan dan penusukan di Mako Brimob
Dua insiden terjadi dalam waktu berdekatan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada Mei 2018.
Kasus pertama adalah sejumlah narapidana kasus terorisme menguasai Mako Brimob selama dua malam sejak Selasa (8/5/2018).
Bahkan, napi berhasil merebut senjata dan menyandera anggota Densus 88.
Kasus tersebut berawal dari kerusuhan antara napi dengan polisi pada Selasa malam yang menyebabkan 5 anggota Densus 88 dan satu orang napi tewas.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol M. Iqbal mengatakan, kerusuhan itu dikarenakan masalah pemberian makanan dari pihak keluarga napi yang harus lewat pemeriksaan petugas.
Polisi cukup kesulitan untuk menguasai kembali rutan.
Malah, pada Rabu (9/5/2018) malam, napo terorisme berhasil menguaasai seluruh rutan Mako Brimob sehingga polisi kian sulit mendekat ke rutan di blok lain.
Pada Kamis (10/5/2018) dini hari, polisi yang disandera, Bripka Iwan Sarjana, dibebaskan dalam keadaan hidup meski mengalami luka lebam di beberapa bagian tubuh.
Operasi pengambilalihan rutan yang dikuasai napi akhirnya berakhir pada Kamis sekitar pukul 07.15 WIB.
Sebanyak 145 tahanan menyerahkan diri. Sementara ada 10 napi yang sempat melawan, meski akhirnya juga menyerahkan diri.
Polisi menangkap 8 orang terduga teroris yang terlibat dalam kerusuhan di Mako Brimob.
Peristiwa rupanya tak berhenti. Pada hari yang sama setelah polisi menguasai lagi Mako Brimob, anggota Intel Brimob Kelapa Dua, Bripka Marhum Frenje, menjadi korban penusukan oleh orang tak dikenal.
Korban sempat berteriak sehingga didengar rekannya, Briptu Mato dan Briptu Grusce, yang kemudian menembak pelaku penusukan hingga tewas karena berusaha melarikan diri.
Bripka Marhum sempat dibawa ke RS Bhayangkara Brimob. Akan tetapi, nyawanya tak bisa diselamatkan.
Sementara pelaku kemudian diketahui adalah seorang mahasiswa berinisial TS.
Atas dua peristiwa tersebut, sebanyak enam anggota kepolisian gugur dalam tugasnya. Mereka kemudian mendapat kenaikan pangkat oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
3. Serangan ke Poslantas Cikokol
Seorang pria yang kemudian diketahui bernama Sultan Azianzah secara membabi buta menusuk beberapa polisi di Pos Lalu Lintas (Poslantas) Yupentek, Cikokol, Kota Tangerang, Kamis (20/10/2016) pagi.
Peristiwa itu berawal dari teguran pihak kepolisian kepada Sultan yang ingin menempelkan stiker bertuliskan kalimat tauhid dan berlambangkan kelompok radikal di poslantas tersebut.
Polisi di tempat yang menegurnya adalah Kapolsek Tangerang Komisaris Effendi, Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Inspektur Satu Bambang Haryadi, dan anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Tangerang Brigadir Kepala Sukardi.
Kesal, Sultan lantas mencabut golok dan langsung menyerang ketiga polisi tersebut.
Kapolsek Effendi tertikam di dada, Kanit Bambang terkena luka di dada dan punggung kiri, sementara Polantas Sukardi dibacok di punggung dan lengan kanan.
Polisi sendiri sempat menembak Sultan dan mengenai kaki pelaku.
Sultan sempat dibawa ke RSUD Tangerang sebelumnya diputuskan ke RS Bhayangkara Polri Kramat Jati untuk menjalani perawatan.
Akan tetapi, pelaku meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit karena kehabisan darah.
Dari tangan Sultan, polisi menyita barang bukti berupa sebilah pisau, sebilah badik, dua benda yang diduga bom pipa.
Polisi menyebut, bom pipa itu dapat membuat perut bolong. Selain itu, ditemukan juga tas hitam dan sorban putih di dalamnya.
Setelah diselidiki, polisi mengatakan bahwa Sultan berafiliasi pada kelompok Jamaah Daulah Islamiyah (JAD) di Ciamis yang pendirinya adalah pengikut terpidana kasus terorisme, Aman Abdurrahman.
Hal itu dianggap ironis karena Sultan memiliki dua kakak yang adalah anggota kepolisian.
4. Bom di pos polisi Thamrin
Pada 14 Januari 2016, masyarakat Ibu Kota digegerkan bom meledak disusul baku tembak antara teroris dan polisi di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Peristiwa pada Kamis siang itu diwarnai ledakan di pos polisi dekat Gedung Sarinah, hanya beberapa detik dari ledakan pertama yang terjadi di kedai kopi Starbucks persis seberang Mal Sarinah.
Seorang pelaku yang kemudian diketahui bernama Dian Juni Kurniadi melempar bom tabung ke pos polisi itu sembari mengendarai sepeda motor.
Bom tersebut menggunakan saklar untuk mengaktifkannya.
Saat kejadian nahas tersebut, ada empat orang di sekitar pos polisi.
Mereka adalah Ajun Inspektur Satu Denny Maheu yang tengah menilang Rico Hermawan (22) dan sepupunya, Anggun Kartikasari (24).
Satu orang lainnya adalah Sugito (43), seorang kurir barang yang sedang berjalan melewati pos polisi.
Akibat bom tersebut, Rico dan Sugito tewas dan Denny terluka parah. Sementara Anggun selamat.
Tak berhenti sampai di situ, sekitar pukul 10.48, penembakan terjadi di dekat Starbucks ketika polisi melakukan penutupan ruas Jalan Thamrin dan massa berkerumun.
Di sana lah baku tembak terjadi antara teroris dan polisi. Korban lain juga berjatuhan, termasuk warga sipil.
Akibat aksi teror di Thamrin tersebut, 21 orang menjadi korban. Delapan orang di antaranya meninggal dunia, terdiri dari empat pelaku dan empat warga sipil.
Sementara sisanya menderita luka-luka.
Polisi kemudian mendeteksi empat tersangka bom Thamrin yang tewas sebagai M Ali selaku koordinator aksi, Dian Juni, Afif alias Sunakim, dan Ahmad Muhazan.
Selain mereka, polisi berhasil mengungkap tersangka lain, termasuk dalang teror bernama Aman Abdurrahman.
Selain pendiri JAD, dia juga dikenal sebagai Ketua Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Indonesia.
Aman kemudian dinyatakan bersalah dan divonis mati pada 22 Juni 2018.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/01/06000021/dari-ancaman-golok-di-cikokol-hingga-tembakan-di-mabes-polri-4-serangan