Salin Artikel

Cerita Penjual Jasa Penukaran Uang Jalanan, Nekat di Tengah Pandemi demi Kejar Rezeki

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sianturi (47) bersama istri dan anaknya duduk di pinggir Jalan Otista Raya, mengarah Jalan Raya Ciputat-Bogor. Lokasinya tak jauh dari Terminal Bayangan Cimanggis, Tangerang Selatan.

Di depannya, tampak meja kecil dengan tumpukan uang lembaran pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, sampai Rp. 20.000 yang masing-masing terkemas dalam plastik.

Sesekali dia berdiri dari tempat duduknya. Melambaikan tangan kepada pengendara yang melintas, seraya menawarkan berlembar-lembar uang di tangannya.

"Tukar Pak. Asli, asli," kata Sianturi ke pengendara yang melintas.

Sianturi merupakan salah satu dari sekian banyak penyedia jasa penukaran uang pinggir jalan yang kerap muncul jelang Lebaran.

Sudah satu dekade dia dan istrinya, Nurhayati (44) menjadi penyedia jasa tukar uang di pinggir jalan. Melayani pelanggan yang mencari uang "receh" untuk dibagikan saat Lebaran.

"Ya ini mah kerja musiman. Sudah lama di sini, kurang lebih 10 kali Lebaran lah," kata Sianturi saat diwawancarai, Selasa (4/6/2021).

Sejak 2010, Sianturi maupun Nurhayati tak pernah absen menjadi penyedia jasa tukar uang dadakan di pinggir jalan.

Hanya pada Ramadhan 2020 keduanya memutuskan rehat dan tidak bekerja. Alasannya, karena khawatir terpapar Covid-19.

"Tahun lalu karena awal-awal Covid-19, ngeri. Kalau sekarang sudah lumayan berani," timpal Nurhayati.

Pada tahun ini, keduanya berupaya melawan rasa takut dan memberanikan diri untuk kembali melakoni pekerjaan musimannya, meski masih di tengah situasi pandemi Covid-19.

Keduanya rela bertaruh nyawa dari ancaman virus dan potensi tindak kejahatan di jalan, dengan harapan bisa meraup rejeki pada masa jelang Lebaran.

"Intinya berserah diri sama Yang di Atas," tegas Nurhayati.

Sianturi dan Nurhayati biasa membuka lapaknya mulai pukul 09.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Topi dan masker kain tak pernah lepas dari kepala dan wajah. Tak lain, untuk melindungi diri dari terik matahari, juga debu dan asap kendaraan.

"Hari ini kami bawa Rp 10 juta. Pecahannya ya ini saja yang kasih bos, Rp 5.000, Rp 10.000 sama Rp 2.000-an," tutur Sianturi.

Berlembar-lembar uang yang sudah dikemas berdasarkan nominal pun ditawarkan kepada para pengendara yang melintas.

Untuk setiap transaksi, pelanggan dikenakan biaya sebesar 10 persen dari jumlah uang yang ditukarkan. Nantinya, seluruh uang tersebut akan disetorkan ke pemilik modal.

Dari situ, Nurhayati dan Sianturi akan mendapatkan upah paling banyak lima persen dari total uang lembaran yang berhasil ditukar. Itu pun jika tidak ada pelanggan menawar 10 persen biaya jasa penukaran.

"Misalnya orang tukar Rp 100.000, bayarnya Rp 110.000. Jadi kena 10 persen, hitung saja kali 5 persen buat kami. Cuma goceng (Rp 5.000)," kata Nurhayati.

"Harga segitu saja kadang masih ada orang yang menawar. Dia enggak tahu saja kalau kami juga setoran. Kami kan modal jasa doang. Ada Bosnya," sambungnya.

Sejauh ini, kata Sianturi, uang lembaran Rp 5.000 menjadi yang paling banyak dicari masyarakat. Dia pun menyediakan stok lebih banyak untuk uang pecahan tersebut.

Di kala ramai penukar, Sianturi dan Nurhayati bahkan rela bolak-balik mengambil persediaan uang pecahan Rp 5.000 demi bisa melayani pelanggan.

"Ambil lagi, kalau habis," kata Nurhayati.

Meski begitu, jasa penukaran uang pada tahun ini dianggap Sianturi tak begitu menggeliat. Total uang yang berhasil ditukar dalam sehari, tak sebanyak periode jelang Lebaran sebelum pandemi Covid-19.

Dia maupun Nurhayati tidak bisa menjawab secara pasti penyebabnya.

Pelonggaran aktivitas dan tingginya mobilitas warga jelang lebaran, tak begitu berdampak pada peningkatan pelanggan di lapak Sianturi dan Nurhayati.

"(Pelanggan) enggak tentu. Gimana mau ramai ada corona gini. Ya untung-untungan saja, enggak ada target juga. Ini dari pagi saja baru (tukar) Rp 400.000," kata Sianturi.

Namun, kondisi saat ini masih dimaklumi Nurhayati. Dia tetap bersyukur bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk keperluan sehari-hari dan Lebaran.

Keduanya hanya bisa berharap semakin banyak warga yang menukar uang di lapaknya seiring semakin dekatnya Hari Raya Lebaran.

"Sekarang cari duit susah, makanya dilakoni saja. Yang penting halal," ucap Nurhayati.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/05/06235871/cerita-penjual-jasa-penukaran-uang-jalanan-nekat-di-tengah-pandemi-demi

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke