Salin Artikel

Tanda-tanda Bahaya dan Kiat Menjaga Paru-paru Saat Isolasi Mandiri

Namun, belakangan, muncul laporan pasien Covid-19 meninggal dunia saat isolasi mandiri, lantaran mengalami perburukan kondisi tanpa sempat tertangani dengan baik.

Lantas, apa saja tanda-tanda perburukan kesehatan yang mesti diwaspadai ketika sedang melakukan isolasi mandiri?

Melalui siaran Ask The Expert: Antigalau Isoman Terpantau di Era COVID Varian, dokter spesialis penyakit dalam RS Universitas Indonesia U(I), Muhammad Hafiz Aini, menuturkan bahwa ada dua hal utama yang harus dipantau untuk mengetahui tanda-tanda perburukan.

Periksa saturasi oksigen, suhu tubuh, dan gejala

Dua hal utama itu yakni membandingkan gejala yang dirasakan dan pemeriksaan menggunakan alat, utamanya oxymeter dan termometer.

Saturasi oksigen jadi hal yang vital untuk dipantau selama isolasi mandiri. Sebab, kondisi perburukan kerapkali terjadi bersamaan dengan menurunnya saturasi oksigen.

Namun, jangan terpaku pula pada nilai saturasi oksigen yang tertera pada oxymeter semata, karena tanda-tanda kegawatan juga dapat dikenali dari gejala.

"Kita juga harus lihat gejala. Apakah demam terus-menerus, apakah ngos-ngosan, apakah sesak napas? Karena walaupun demamnya turun, lalu saturasinya di atas 95 (baik), tapi kok sesak napas, itu juga tanda bahaya," kata Hafiz, Kamis (1/7/2021).

"Pastikan jangan hanya terpaku pada saturasi atau termometer, tapi juga gejalanya," tambahnya.

Periksa alat

Selain itu, pastikan alat-alat yang dipakai untuk memantau kondisi tubuh saat isolasi mandiri dalam keadaan berfungsi optimal.

"Kalau pasiennya sedang-sedang saja, tapi kok saturasinya rendah, di bawah 95, tapi kok (kesehatannya) bagus, maka pastikan dulu alatnya, misalnya, apakah baterainya baik," kata Hafiz.

Untuk memeriksa oxymeter berfungsi optimal, pastikan suhu tangan dalam keadaan hangat.

"Karena kalau dingin, biasanya (nilai saturasi di oxymeter) lebih turun. Dan, pastikan 10 jarinya diperiksa, untuk memastikan apakah memang (saturasi oksigen) rendah," kata dia.

Segera ke fasilitas kesehatan bila alami kegawatan/perburukan

Hafiz menyerukan pasien Covid-19 yang mengalami tanda-tanda kegawatan agar segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.

"Yang namanya kegawatan, apa pun yang terjadi harus dilaporkan, dan pasien harus mendapatkan pelayanan yang lebih, dibawa ke faskes terdekat," kata dia.

Tak perlu memikirkan antrean panjang atau merasa pesimistis tak akan dilayani begitu menyerahkan diri ke fasilitas kesehatan, semisal rumah sakit, yang saat ini memang dalam kondisi hampir kolaps.

Kegawatan hanya dapat ditangani dengan baik oleh fasilitas-fasilitas kesehatan.

"Walaupun ketika datang ke sana, dengan kondisi saat ini, kita harus legowo dengan keribetan dan penuhnya pasien. Tetap saja semua kegawatan harus kita bawa ke faskes terdekat," lanjut Hafiz.

Apabila saat isolasi mandiri merasa ada perburukan saturasi oksigen namun gejalanya tak memburuk, pasien Covid-19 bisa melakukan penanganan sementara dengan memakai tabung oksigen pribadi.

Menjaga dan memulihkan paru-paru

Jika pasien tidak mengalami kegawatan, hal yang selanjutnya sebaiknya dilakukan adalah menjaga atau memulihkan kesehatan paru-paru.

Bagi pasien yang masih dalam kondisi lemas dan saturasi oksigennya belum optimal, coba lakukan proning/prone position, salah satu terapi untuk mengembangkan paru-paru dengan mencoba beberapa posisi.

Dokter Hafiz mengatakan bahwa terapi itu cocok bagi pasien Covid-19 yang belum sanggup melakukan aktivitas atau olahraga ringan.

"Ketika kita belum kuat, kita bisa lakukan prone position. Ada beberapa tahapan dan jenis, sederhananya adalah tengkurap, gaya berjemur di pantai ibaratnya," kata dia.

Namun, terapi prone ini tidak dapat dilakukan dengan asal tengkurap. Idealnya, pasien memang harus didampingi oleh tenaga kesehatan dalam mencoba-coba posisi yang dapat mengembangkan paru-parunya. Alih-alih menambah pasokan oksigen untuk paru-paru, prone position yang dilakukan dengan keliru malah dapat membuat pasien sesak.

"Jadi ada ukurannya, contoh, 30 menit dulu dicoba, nanti dicoba lagi 30 menit, posisi mana yang lebih nyaman, apakah tengkurap atau dalam posisi miring," kata dia.

"Prinsipnya, prone itu bagaimana paru yang banyak lendir atau apa bisa kita turunkan, sehingga pengembangan paru yang paling bawah, yang paling besar, bisa melebar," ujar Hafiz.

Pasien sebaiknya berkonsultasi secara daring dengan tenaga kesehatan profesional jika mau mencoba terapi ini, atau sedikitnya meyaksikan sejumlah praktik prone yang disarankan, semisal melalui YouTube.

Senam dan berjemur bila memungkinkan

Hariz menuturkan, bagi penderita penyakit apa pun, ketika beranjak pulih, seseorang harus memulai kembali fase-fase pembiasaan ulang.

Hal ini berlaku pula bagi pasien Covid-19, termasuk bagi mereka yang bergejala ringan atau sedang dan menjalani isolasi mandiri.

"Setiap seseorang sakit, apalagi bergejala ringan dan sedang, dia harus ada fase pemulihan, recovery, reconditioning. Mungkin awal-awal dia demam atau apa sehingga aktivitasnya kurang, tapi harus dikembalikan," kata Hafiz.

Jika keadaan tubuh dirasa sudah cukup memungkinkan untuk melakukan olahraga ringan, Hafiz menyarankan pasien Covid-19 yang isolasi mandiri agar melakukan senam.

"Kalau kita sudah bisa naik ke tahapan selanjutnya, lakukan senam, aktivitas. Makanya, misalnya di Wisma Atlet, pagi-pagi semuanya pada senam," kata dia.

Aktivitas itu semakin baik manfaatnya jika dilakukan sambil berjemur sekitar pukul 10.00 pagi, dengan paparan sinar matahari.

"Bahkan 15 menit saja di waktu-waktu itu, vitamin D-nya kuat, luar biasa berjemur itu. Benefitnya dua kali, berjemur dan aktivitas," kata Hafiz.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/02/07311381/tanda-tanda-bahaya-dan-kiat-menjaga-paru-paru-saat-isolasi-mandiri

Terkini Lainnya

Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke