JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun membuat warga miskin Ibu Kota makin terhimpit.
Tidak hanya mereka kesulitan mencari nafkah, warga miskin kini bergumul dengan Covid-19 yang semakin masif dan di saat yang bersamaan mereka kesulitan untuk mengakses fasilitas kesehatan.
Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Eny Rochayati membeberkan fakta bahwa banyak warga miskin kini terserang penyakit sistem pernapasan. Kemungkinan besar, mereka terpapar Covid-19.
Hanya saja, mereka tidak berdaya untuk mengonfirmasi penyakit tersebut karena keterbatasan biaya dan kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan.
"Salah satu dari kawan kami mengalami sesak napas, beliau sudah sakit selama 10 hari tapi untuk dapat pengobatan di rumah sakit ternyata sangat sulit," ujar Eny, Minggu (18/7/2021).
Eny berbicara dalam konferensi pers "Suara Kelompok Marjinal Terhimpit Pandemi" yang dilaksanakan secara daring.
"Beberapa rumah sakit menolak karena kondisi penuh, lalu ketika beliau membutuhkan oksigen ternyata tabung oksigen tidak tersedia, pada akhirnya dipulangkan dan dalam perjalanan pulang tidak tertolong," imbuhnya.
Isolasi mandiri di ruang sempit
Kondisi ini membuat banyak warga miskin terpaksa harus berjuang melawan penyakitnya sendiri tanpa bantuan medis. Beberapa dari mereka bahkan meninggal dunia di rumah.
Catatan JRMK, setidaknya 50 warga miskin di Jakarta meninggal dunia di rumah mereka pada periode Juni-Juli tahun ini di tengah melonjaknya kasus Covid-19.
Menurut Eny, isolasi mandiri (isoman) di rumah tidak efektif menekan kasus Covid-19 jika kasusnya terjadi di perkampungan warga miskin.
Di sana, warga tinggal di rumah-rumah petak yang dihuni beberapa kepala keluarga (KK), dan itu tidak memenuhi standar untuk melakukan isoman.
"Mungkin di bayangan pemerintah, warga melakukan isolasi di bangunan besar yang ada kamar dan sebagainya. Tapi kondisi kami di bawah ini hanya memiliki ruangan 3x4 meter yang dihuni beberapa KK. Itu tidak memenuhi standar untuk melakukan isoman," bebernya.
Eny berharap, pemerintah dapat membuat sebuah kebijakan untuk memenuhi kebutuhan warga miskin Jakarta.
Ia mengungkap bahwa banyak warga miskin, terutama yang tidak ber-KTP DKI, tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos). Padahal, kondisi ekonomi mereka sangat sulit di tengah pandemi ini.
"Harapan kami bansos dibagikan lebih menyasar (banyak warga miskin), maka dibutuhkan data dan pendataannya dilakukan bersama dengan masyarakat tingkat bawah," ujar Eny.
Ia menambahkan bahwa di masa pandemi ini sama sekali belum ada bansos yang turun ke bawah, termasuk obat-obatan untuk warga yang melakukan isoman.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/19/16441201/warga-miskin-kesulitan-isolasi-mandiri-rumah-petak-sempit-dihuni-beberapa