DEPOK, KOMPAS.com - Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok kembali menyuarakan pentingnya penyelarasan/rekonsiliasi data kasus Covid-19 antara daerah dengan nasional.
Sebagai informasi, kesenjangan data antara daerah dengan nasional kembali terungkap setelah Satgas Covid-19 RI menyebut bahwa Depok jadi wilayah dengan jumlah kasus aktif terbanyak di Indonesia (27.389 pasien).
Padahal, data real di Kota Depok, jumlah kasus aktif Covid-19 tersisa 9.519 orang.
"Kondisi ini sudah saya sampaikan berkali-kali kepada Satgas Pusat, bahkan dari tahun 2020," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, kepada Kompas.com, Jumat (6/8/2021).
"PR Satgas Pusat saat ini, segera laksanakan rekonsiliasi data, karena ini tidak terjadi dengan Kota Depok saja, tapi juga terjadi dengan daerah lainnnya," ia menambahkan.
Padahal, Depok saat ini malah sedang gencar-gencarnya menyempurnakan data kasus Covid-19.
Dadang menyebut, secara simultan, pemerintah sedang membenahi delay input data dari fasilitas kesehatan.
Tujuannya, supaya data yang diumumkan setiap hari oleh Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok semakin mendekati kondisi real penularan Covid-19 di lapangan.
Basis data, bagaimana pun, adalah kunci dari pengambilan kebijakan yang tepat untuk merespons tren perkembangan wabah.
"Ayo laksanakan rekonsiliasi data pusat dengan daerah, agar ada kesesuaian data. Karena data digunakan untuk perhitungan zonasi daerah dan kebijakan," jelas Dadang.
Selain kasus aktif, kesenjangan data antara Depok dengan Pusat juga terjadi pada kasus kesembuhan dan kasus kematian terkonfirmasi Covid-19.
Depok melaporkan sudah ada 81.198 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh, sementara versi Pusat baru 57.231.
Depok sudah mencatat 1.792 korban Covid-19, sedangkan Pusat baru 1.169.
Kesenjangan data tak kunjung beres
Kompas.com mencatat riwayat kesenjangan data di mana Depok seringkali menjadi korban keterlambatan input data Satgas Pusat.
Masalah ini sempat dilaporkan oleh Depok sejak Oktober 2020 lalu, ketika kasus aktif/pasien Covid-19 di Depok lebih tinggi ketimbang yang dilaporkan oleh Pemprov Jawa Barat maupun Satgas Penanganan Covid-19 pusat.
Laporan itu tak digubris dan isu ini akhirnya mencuat ke permukaan pada Februari 2021 ketika situasi berbalik seperti sekarang--data versi Pusat lebih tinggi.
Wiku Adisasmito pada 25 Februari 2021 mengungkapkan kasus aktif Covid-19 di Depok mencapai 7.096 pasien, sementara Depok melaporkan tinggal 3.740 pasien.
"Masalah ini sudah disampaikan sejak lama, baik ke pusat maupun ke provinsi. Jadi, saya tuh, meminta kepada satgas pusat untuk konsent terkait data ini. Segera lakukan rekonsiliasi," ucap Dadang kala itu.
"Ini menjadi masalah utama dalam penanganan Covid-19 di Indonesia, padahal data adalah basis utama kebijakan dan dijadikan input perhitungan zona risiko daerah. Bagaimana zona risiko daerah bisa valid hasilnya, jika diambil dari basis data yang salah," jelasnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/06/12123711/gap-data-covid-19-pusat-daerah-terjadi-lagi-satgas-depok-sudah-berkali