Salin Artikel

Saat Aspirasi Warga yang Disalurkan lewat Mural Dianggap Provokatif dan Dihapus Aparat

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi penghapusan mural yang bernada kritikan terhadap pemerintah tampaknya menjadi salah satu prioritas utama aparat belakangan ini.

Bagaimana tidak, temuan di lapangan menunjukkan bahwa mural yang baru saja dibuat di sebuah dinding di kolong Fly Over Taman Cibodas, Kota Tangerang, langsung dihapus aparat.

Menurut keterangan pedagang di sekitar lokasi, sejumlah pemuda mengerjakan mural yang bertuliskan “DIPENJARA KARNA LAPAR” pada Kamis (19/8/2021) malam.

Keesokan harinya, mural tersebut langsung lenyap dari pandangan mata.

“Kemarin malem itu saya lihat ada beberapa orang di sana yang sedang menggambar. Habis itu saya enggak tahu lagi, kayaknya tadi baru dihapus,” ujar pedagang yang enggan menyebut namanya itu saat ditemui Wartakotalive.com, Jumat (20/8/2021).

Tidak lama sebelumnya, warga dihebohkan dengan sebuah mural yang diduga gambar Presiden Joko Widodo. Di bagian mata sang presiden ada tulisan 404:not found.

Mural tersebut juga dihapus dengan ditimpa menggunakan cat hitam oleh pemerintah setempat dan aparat TNI-Polri pada 12 Agustus lalu.

Polisi sebelumnya sempat mencari pembuat mural itu.

Namun, Kapolres Metro Tangerang Kota Deonijiu de Fatima berujar, pihaknya tidak melanjutkan penyelidikan karena pembuatan mural itu tidak termasuk tindak pidana.

Pembuatan mural itu hanya melanggar Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (K3), ujarnya.

Para pakar menyayangkan aksi penghapusan tersebut karena mural dianggap sebagai simbol protes yang tidak membahayakan.

Karya seni tersebut malah menjadi wadah untuk menyalurkan aspirasi warga yang tidak tertampung di ruang-ruang lain.


Namun, aksi penyampaian aspirasi tersebut ditangkap berbeda oleh aparat pemerintah.

Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi, misalnya, malah menganggap mural yang bernada kritikan terhadap pemerintah sebagai karya provokatif.

Oleh sebab itu, pihaknya tidak akan membiarkan kehadiran mural-mural “provokatif” tersebut.

“Kita enggak mendukung lah mural begitu. Pemkot tidak membolehkan," kata Irwandi saat dihubungi, Kamis (26/8/2021).

Di Jakarta Pusat sendiri, muncul sebuah mural bertuliskan “yang bisa dipercaya dari TV cuma adzan” dan “kami lapar Tuhan”. Kedua tulisan itu saling bergandengan, diikuti dengan kalimat “jangan takut tuan-tuan, ini cuma street art”.

Irwandi mengatakan bahwa dirinya mendukung mural di jalanan asalkan bertuliskan pesan-pesan yang baik.

"Kalau ekspresi begitu semua kita izinkan, nanti se-Jakarta ekspresi begitu, kami lapar butuh makan. Enggak mendidik lah," katanya, merujuk mural di Kebon Kacang tersebut yang saat ini sudah dihapus.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/31/17100151/saat-aspirasi-warga-yang-disalurkan-lewat-mural-dianggap-provokatif-dan

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke