Tak terdengar suara riuh dari dalam kelas yang menandakan sedang ada kegiatan belajar mengajar.
Sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020, aktivitas belajar mengajar memang dihentikan sementara dan belum digelar kembali sampai saat ini.
Di area lobi utama, hanya terlihat sejumlah guru dan tenaga kependidikan yang sibuk dengan tumpukan berkas di atas meja.
Aktivitas SMK Negeri 7 Tangerang Selatan tampak berjalan normal, meski terdapat permasalahan korupsi yang sedang disidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di sekolah itu.
Lembaga antirasuah mengumumkan bahwa pihaknya mencium dugaan korupsi dalam pengadaan lahan untuk pembangunan gedung SMK Negeri 7 Tangerang Selatan.
Kasus dugaan korupsi pengadaan lahan yang menggunaan anggaran belanja daerah Provinsi Banten 2017 itu tengah diusut.
Penyidik KPK sudah melakukan penggeledahan di sejumlah lokasi.
Dari situ, KPK menyita barang bukti dokumen, barang elektronik, dan dua unit mobil dari pihak terkait yang sampai saat ini belum diungkap identitasnya.
Di balik kasus korupsi pengadaan lahan sekolah tersebut, SMK Negeri 7 Tangerang Selatan nyatanya memiliki permasalahan lain dalam hal sarana dan prasarana.
Kekurangan ruang kelas
Sekolah yang berdiri sejak 2018 itu kekurangan ruang kelas untuk menampung sekitar 600 siswa, jika pembelajaran tatap muka (PTM) kembali dimulai.
Wakil Kepala SMK Negeri 7 Tangerang Selatan Wita Maulida mengatakan, belum ada pembangunan lanjutan sejak gedung sekolah berdiri pada 2018 dan mulai dipergunakan setahun setelahnya.
"Kalau mandek atau enggak saya kurang paham juga. Itu ranahnya sarana prasarana. Dari 2018 juga belum ada pembangunan lagi," kata Wita kepada wartawan.
Menurut Wita, SMK Negeri 7 Tangerang Selatan hingga kini baru memiliki tiga ruang kelas.
Sementara jumlah siswa saat ini sekitar 600 orang yang terbagi ke dalam 15 rombongan belajar.
"Kalau ruang kelas di sini ada tuga. Satu angkatan ada lima kelas (rombongan belajar). Per kelas itu 40 siswa. Jadi totalnya 15 kalau satu angkatan lima kelas. Untungya masih daring," ungkap Wita
Pantauan Kompas.com di lokasi, pembangunan gedung sekolah yang berada di Jalan Cempaka 3, Rengas, Ciputat Timur, tampak belum rampung.
Akses keluar masuk area sekolah hanya berupa jalan bebatuan selebar kurang lebih 1 meter. Tak ada pintu gerbang dan papan nama sekolah seperti pada umumnya.
Di dalam area sekolah, terlihat besi-besi bangunan terlihat di bagian atas gedung ruang kelas yang seharusnya memiliki dua lantai.
Lapangan untuk aktivitas siswa juga masih berupa tanah lapang yang ditumbuhi ilalang dan rumput liar.
Wita berharap, dugaan kasus korupsi yang saat ini menjadi sorotan berbagai pihak, dapat sekaligus mendorong percepatan pembangunan sarana dan prasarana sekolah.
"Kalau terkait dengan pengadaan lahan itu juga kami kurang tahu. Karena kan istilahnya kami menempati saja," kata Wita.
"Makanya mudah-mudahan dari masalah yang datang, bisa membantu percepatan pembangunan. Maksudnya dari masalah, jadi ada berkah," pungkasnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/09/03/14023911/kondisi-smkn-7-tangsel-yang-diusut-kpk-pembangunan-mangkrak-hingga