JAKARTA, KOMPAS.com - Komandan Nasional Resimen Mahasiswa (Menwa) Indonesia, Ahmad Riza Patria, menyoroti bentuk-bentuk pendidikan dan latihan dalam kegiatan Menwa.
Pernyataan ini ia lontarkan terkait wafatnya Fauziah Nabila atau Lala, mahasiswi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) pada September 2021 lalu ketika menjalani pembaretan Menwa di Bogor, Jawa Barat.
"Kita minta semua bentuk proses pendidikan dan latihan lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan yang persuasif, kegiatan-kegiatan yang lebih baik," kata Riza yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, Selasa (30/11/2021) kepada wartawan di Balai Kota.
"Tidak boleh ada unsur-unsur kekerasan atau menonjolkan kegiatan fisik. Fisik dibutuhkan, tetapi tidak boleh dominan," tambah dia.
Lala meninggal dunia ketika menjalani pembaretan, seusai melakukan long march sejauh 10-15 kilometer.
Sebelum menjalani long march, Lala disebut dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat sakit apa pun.
Buntut dari kematian Lala, sejumlah mahasiswa UPNVJ menggelar unjuk rasa di kampus Jalan RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Selasa.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UPNVJ, Ivano Julius mengatakan, setidaknya ada lima tuntutan kepada rektorat kampus dan pihak Menwa.
Tuntutan pertama, penjelasan kronologi rinci mengenai pemberetan Menwa hingga berujung Lala meninggal dunia.
"Kedua menuntut tanggung jawab secara kelembagaan dari Menwa. Ketiga soal izin kegiatan. Keempat menuntut untuk bubarkan Menwa kepada rektorat. Kelima mengutuk keras tindakan Menwa," kata Ivano saat ditemui di lokasi, Selasa.
Ivano menilai, adanya kecacatan prosedural yang dilakukan oleh Menwa karena tidak adanya jaminan hak kesehatan bagi mahasiswa yang mengikuti pembaretan tersebut.
"Dan adanya maladministrasi dilakukan pihak rektorat bahwa setiap ornawa tidak boleh melakukan kegiatan offline. Tapi kenapa rektorat mengizinkan adanya kegiatan diksar dari menwa ini," kata Ivano.
Riza menegaskan, kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, termasuk Menwa, digelar harus seizin orangtua peserta dan dengan sepengetahuan kampus.
Tren pemakaian kekerasan atau penggemblengan fisik yang melebihi batas pun diklaim berkurang.
"Sejak dulu ada saja kelompok-kelompok, kegiatan-kegiatan sekolah, pendidikan, sejak lama ada yang seperti itu, tapi sejauh itu semakin ke sini semakin berkurang," ujar Riza.
"Sepenuhnya kita serahkan kepada kampus untuk menindaklanjuti apakah ada unsur-unsur lain di situ (kematian Lala). Tapi setelah dicek tidak ada unsur kekerasan," ucapnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/12/01/06553631/mahasiswi-wafat-saat-pembaretan-komandan-menwa-riza-patria-kegiatan-fisik