Salin Artikel

Menghidupkan Jenama Jakarta Kota Kolaborasi

Mengapa kota amat memikat? Di mana ada gula, di situ ada semut. Sesederhana itu.

Kota adalah simpul utama dalam globalisasi ekonomi. Pendapat beberapa pakar, kota adalah kontributor sebenarnya dalam ekonomi negara karena aktivitas penyumbang pendapatan nasional utamanya berada di kota.

Kota ketiban untung dari berkumpulnya infrastruktur fisik, sumber daya manusia, serta teknologi komunikasi dan informasi yang mendukung pembangunan ekonomi.

Kota yang berdaya saing tinggi menjadi tujuan lokasi berpindahnya modal, manufaktur mutakhir, bakat-bakat terbaik, teknologi, turis, event dan warga kaya (Yananda dan Salamah, 2014).

Demikian juga dengan Jakarta. Posisinya tidak lagi bersaing dengan daerah lain di Indonesia, melainkan dalam kontestasi dengan kota-kota global.

Salah satu strateginya adalah dengan membangun citra dan reputasi yang positif, melalui city branding (penjenamaan kota).

Belakangan, Jakarta memperkenalkan jenama +Jakarta kota kolaborasi.

City branding adalah proses strategis untuk mengomunikasikan citra suatu kota atau daerah kepada seluruh pihak yang berkepentingan, termasuk di antaranya penduduk kota, turis, investor dan sebagainya (Raharjo, 2015).

Tujuan dari pemberian merek suatu kota, yaitu untuk meningkatkan daya saing dan memberikan citra lebih spesifik untuk mampu membedakan kota tersebut dengan kota lain (Hall, 2002 dalam Huh 2006; Roostika 2012).

Secara resmi, +Jakarta baru mulai ditetapkan pada 22 Juni 2020 lalu, tepat saat ulang tahun kota ini ke-493 ditandai dengan terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2020 tentang Penjenamaan Kota.

Sejak itu, berbagai atribut visual dengan logo +Jakarta banyak kita jumpai di berbagai sudut kota.

Bentuknya yang paling banyak adalah mural, yang biasanya juga mencantumkan identitas lokal (baca: kelurahan) yang mendahului logo +Jakarta.

Ada juga yang berbentuk instalasi besar seperti di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Jenama +Jakarta kota kolaborasi sejatinya mengandung nilai filosofis, yakni sebuah katalis dan ajakan untuk berkolaborasi.

Sisi kiri dari simbol + dapat diisi oleh jenama apa saja, baik itu korporasi maupun lembaga non-profit.

Selayaknya simbol X yang biasa digunakan apabila ada dua brand berkolaborasi.

Maka, esensi dari jenama baru Ibu Kota ini tidak semata membuat mural dengan tulisan seragam +Jakarta kota kolaborasi.

Lebih dari itu, city branding harus bisa dirasakan semangatnya alih-alih cuma dilihat tulisannya.

Beri nyawa, tak sekadar jargon

Dalam banyak kasus, upaya branding kota berawal dan berakhir dengan elemen visual dari logo dan slogan (Yananda dan Salamah, 2014). Tentu itu tidak boleh terjadi di Jakarta.

Identitas, citra dan komunikasi adalah tiga komponen penting dalam jenama kota. Namun, selama ini citra dan komunikasi yang lebih diandalkan dalam pembentukan city branding.

Padahal, citra yang dikomunikasian kepada seluruh pemangku kepentingan kota harus memiliki identitas yang nyata-nyata dimiliki oleh kota tersebut.

Peran masyarakat setempat menunjukkan bahwa mereka memang sebuah dimensi yang penting untuk pembentukan merek suatu tempat. Oleh karena itu, penting untuk dipertimbangkan dalam branding suatu kota (Freire 2008; Braun, Kavaratzis, & Zenker, 2010).

Kesalahan pembangunan kota di masa lalu umumnya karena pemerintah mengabaikan rasa tempat (a sense of place) dan kekentalan komunitas, melupakan akar dan asal-usul kota, melecehkan keberagaman, serta kurang menyerap persepsi maupun aspirasi rakyat (Ellin, 1996).

Lewat jenama +Jakarta kota kolaborasi, Pemprov DKI Jakarta justru berusaha mengedepankan paradigma pembangunan yang inklusif dan partisipatif.

Tantangan bagi Pemprov DKI Jakarta saat ini adalah untuk memberi ‘nyawa’ pada city branding yang sudah ditetapkan.

Perlu dirumuskan bagaimana caranya seluruh elemen kota ini bisa memiliki pengalaman (experience) untuk berkolaborasi. Sehingga frase kota kolaborasi tidak sekadar jargon.

Nilai dan semangat kolaborasi harus terinternalisasi dengan baik, mulai dari para pegawai di Pemprov DKI Jakarta, berbagai stakeholders sampai dengan warga.

Festival #IniJakarta yang digelar pada tanggal 3 sampai dengan 5 Desember 2021, akan menjadi kesempatan untuk menghidupkan jenama +Jakarta.

Acara ini akan menjadi momen menemukenali esensi dari identitas kota. Ajang #IniJakarta merupakan titik awal, bukan muara dari rangkaian penjenamaan kota Jakarta.

Sampai jumpa di Lapangan Banteng. Ayo kita berkolaborasi, untuk kota kita tercinta.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/12/03/06000071/menghidupkan-jenama-jakarta-kota-kolaborasi

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke