BEKASI, KOMPAS.com - Pihak pengacara dari pelaku pembunuhan di Jatibening Estate menjelaskan bahwa orang yang membunuh HS (53) memang memiliki riwayat penyakit kelenjar tiroid.
"Si pelaku ini sejak lebih dari 10 tahun lalu, sekitar tahun 2010 mempunyai tiroid (kelenjar getah bening) dan dia sudah berobat. Pelaku juga bolak-balik ke rumah sakit. Lalu tahun 2012 di operasi tiroid itu," ujar pengacara dari pihak pelaku, Henri Lumbanraja, ketika ditemui wartawan, Jumat (25/2/2022).
Pasca-operasi di tahun 2012, Henri mengatakan bahwa pelaku sempat menunjukkan perkembangan yang baik.
Meski demikian, pelaku tetap memeriksakan diri ke berbagai rumah sakit untuk mengetahui kondisi dirinya.
"Jadi ternyata tiroid itu berakibat pada kondisi kejiwaan, ini yang masih jarang diketahui, bahkan oleh dokter," ucap Henri.
Henri menambahkan, pelaku juga beberapa kali ketahuan ingin melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari lantai tiga rumah kakaknya.
"Kurang lebih empat atau lima kali percobaan bunuh diri dengan cara melompat dari atas. Dia pernah mau lompat dari atas, makanya dijaga-jaga," katanya.
Atas dasar itu Henri pun meragukan apakah memang kondisi pelaku saat membunuh korban memang dalam keadaan normal atau dalam gangguan kejiwaan, mengingat kondisi riwayat penyakit yang dimiliki oleh pelaku.
"Bayangkan teman baik, yang sudah kenal dari SMP (Sekolah Menengah Pertama), satu kelas, tiba-tiba seperti ini. Ini menimbulkan pertanyaan besar, apakah ini normal atau tidak," jelas Henri.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/26/07034121/pelaku-pembunuhan-wanita-di-bekasi-punya-penyakit-tiroid-disebut