Selain itu, DA yang merupakan siswa pesantren tersebut juga dikenal baik dan tidak pernah terlibat aksi tawuran.
"Anak saya (ikut) pesantren, rajin ngaji juga, belum pernah anak saya tawuran," tutur ayah DA, Nurdin (54), kepada wartawan, Selasa.
Nurdin meyakini bahwa putra kesayangannya merupakan korban salah sasaran pelaku tawuran hingga menyebabkan DA meninggal dunia.
"Kalau menurut saya salah sasaran karena anak saya alhamdulillah enggak pernah ikut tawuran," lanjut Nurdin.
Nurdin menceritakan bahwa sebelum kejadian, DA meminta uang untuk membeli mi goreng pada Senin (4/4/2022) malam. Setelah meminta uang, DA pun pergi.
Dua jam kemudian, Nurdin mendapat kabar bahwa anaknya dikeroyok.
"Semalam anak saya minta duit Rp 20.000 jam 23.30 WIB untuk beli mi goreng, saya kasih dia beli itu (mi goreng), tiba-tiba saya dikabarin sama temannya jam 01.30 WIB, anak saya sudah tergeletak," tuturnya.
Nurdin pun bergegas menjemput DA untuk kemudian membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi. Saat tiba di RS, nyawa DA tidak tertolong.
Nurdin juga mengatakan bahwa saat meninggal dunia, DA mengalami luka lebam di sekujur tubuh akibat dihantam menggunakan benda tumpul.
"Di mata sama dada lebam, yang di dada itu sudah hancur di dalam, jadi sudah sempat keluar darah dari hidung. Yang paling parah itu mata, karena dihajar pakai balok," tutur Nurdin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/04/05/20184261/remaja-meninggal-di-bekasi-diduga-korban-salah-sasaran-ayah-korban-dia