Salin Artikel

Keganjilan Sistem Ganjil Genap Jakarta

Memang di masa pagebluk Corona prahara jalan macet sempat mereda dengan sendirinya sebab masyarakat takut ke luar rumah.

Namun setelah pagebluk Corona mereda langsung lambat namun pasti malapetaka jalan macet kembali merajalela. Bahkan kini dapat dikatakan lebih parah ketimbang di masa sebelum pagebluk Corona.

Banyak penyebab kemacetan lalu lintas Jakarta, namun satu di antaranya ternyata adalah sistem ganjil genap.

Maka dengan penuh kerendahan hati sebagai pembayar pajak kendaraan bermotor saya memberanikan diri memohon perkenan Pemprov DKI jakarta meninjau ulang sistem ganjil genap.

Permohonan saya terkait fakta bahwa beberapa tujuan penerapan sistem ganjil genap terbukti tidak tercapai.

Tujuan mengurangi kemacetan lalu lintas serta mengurangi polusi udara akibat gas beracun yang keluar dari knalpot mobil jelas tidak tercapai sebab sistem ganjil-genap gagal dalam mengurangi jumlah mobil yang turun ke jalan kota Jakarta.

Pada kenyataan terbukti mobil yang kebetulan dilarang lewat di kawasan jalan terlarang tetap bisa bebas berkeliaran di kawasan jalan tidak terlarang yang tetap sama-sama berada di dalam wilayah DKI Jakarta. Berarti kemacetan bukan ditiadakan, namun sekadar dipindah.

Sistem ganjil-genap alih-alih mengurangi polusi udara akibat gas knalpot malah menambah kemacetan jalan cuma dipindah ke kawasan jalan lain sehingga kemacetan di jalan lain makin menjadi-jadi serta merta menambah polusi udara akibat para mobil makin lambat, bahkan tidak bisa bergerak di jalan raya sambil terus mengepulkan gas dari knalpot masing-masing.

Saya masih ingat masa krisis bensin di Jerman pada tahun 1970-an abad XX, pemerintah Jerman memang menggunakan sistem ganjil genap, namun bukan secara bergilir di kawasan tertentu saja.

Sistem ganjil genap berlaku di seluruh Jerman di mana pada hari Senin semua mobil pribadi bernomor genap boleh turun ke jalan, namun semua mobil bernomor ganjil dilarang keras turun ke jalan.

Lalu pada hari Selasa, semua mobil pribadi bernomor genap boleh berkeliaran di jalan, sementara yang bernomor ganjil harus tetap nongkrong di garasi atau tempat parkir masing- masing.

Memang penyelenggaraan sistem ganjil genap secara adil dan merata terbukti bisa dilakukan penghematan bensin secara sukses di Jerman. Namun lain padang lain belalang, maka lain Jerman lain Jakarta.

Kembali ke Jakarta, pada hakikatnya sistem ganjil genap tidak sesuai dengan sila terakhir Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia. Mereka yang memiliki mobil pribadi lebih dari satu berdasar teori kemungkinan, ada yang memiliki mobil bernomor ganjil mau pun sekaligus yang bernomor genap.

Pemilik mobil lebih dari satu memang lebih diuntungkan ketimbang mereka yang hanya punya satu mobil saja sebab bisa menyesuaikan mobil yang turun ke jalan dengan nomor yang diperbolehkan berkeliaran di jalan.

Sejak sistem ganjil genap mulai diterapkan di Jakarta, saya sudah mengemukakan keganjilan sistem ganjil genap.

Maka sebagai warga pembayar pajak mobil yang tidak murah, saya memohon Pemprov DKI Jakarta berkenan meninjau ulang sistem ganjil-genap untuk lebih disempurnakan atau diganti dengan sistem yang lebih baik agar kemacetan jalan sebagai biang keladi polusi udara di Jakarta dapat nyata dikurangi.

Insya Allah, di samping bebas macet, kota Jakarta dapat berperan serta nyata dalam gelora semangat perjuangan umat manusia menyelamatkan planet bumi dari kiamat akibat pemanasan iklim. MERDEKA!

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/04/08/09495481/keganjilan-sistem-ganjil-genap-jakarta

Terkini Lainnya

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke