JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Teknologi Pengujian di Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Himma Firdaus mengatakan bahwa kebakaran di kontrakan dan rumah kos sering terjadi akibat korsleting.
Masih kata Himma, minimnya stop kontak bisa menjadi penyebab terjadinya hubungan arus pendek saat penghuni rumah menggunakan kabel ekstensi dengan jumlah terminal yang banyak.
"Alhasil, semua peralatan terhubung di satu titik yang dapat memicu pemanasan berlebih dan korsleting," jelas Himma kepada Kompas.com, Kamis (6/10/2022).
Selain itu, Himma menilai korsleting di rumah kontrakan ataupun rumah kos bisa terjadi karena kecorobahan penghuninya. Misalnya, memanaskan air dengan menggunakan water heater tanpa alat pembatas panas yang berisiko menyebabkan kebakaran.
"Untuk rumah kontrakan yang instalasi kelistrikannya menggunakan kabel yang memadai, kotak kontak sesuai standar, dan spesifikasi kabel ekstensi yang baik, maka risiko korsleting akibat kabel dan sambungan kotak kontak dapat diminimalkan," jelas Himma.
Hal yang perlu diperhatikan penghuni ialah penambahan daya listrik. Rumah-rumah yang awalnya dibangun dengan kapasitas daya listrik rendah, misalnya 450 VA kemudian ditambah menjadi 2200 VA, instalasi kabelnya perlu diganti dan disesuaikan.
Sederhananya, semakin besar kapasitas daya maka semakin besar arus listrik yang dapat mengalir sehingga membutuhkan ukuran kabel yang lebih besar.
"Jika tidak ada penggantian, risiko terjadinya kebakaran menjadi lebih tinggi karena pemanasan lebih pada kabel," tuturnya.
Kasus serupa juga terjadi di rumah kontrakan di Jalan Sunter Jaya VII A, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Jumat (30/9/2022) pukul 13.30 WIB.
Kebakaran akibat korsleting pun sempat melanda bangunan ruko yang dijadikan tempat usaha makanan sekaligus rumah kos di Jalan Duri Selatan 1, Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat, pada Rabu (17/8/2022).
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/06/11561291/ahli-sebut-minimnya-stop-kontak-jadi-biang-kerok-kontrakan-dan-rumah-kos