JAKARTA, KOMPAS.com - Krematorium Cilincing, Jakarta Utara menjadi pilihan sebagian orang untuk perisitirahatan terakhir anggota keluarganya yang meninggal dunia.
Krematorium itu berdiri sejak 1975, dan menjadi tempat kremasi jenazah terbesar se-DKI Jakarta.
Kompas.com berkesempatan mengunjungi krematorium yang didirikan oleh Aggy Tjetje yang dikenal sebagai kakak pengusaha jalan tol Yusuf Hamka, pada Rabu (30/11/2022).
Hal yang menarik perhatian ialah berdirinya patung Buddha, yang menjulang sekitar 10 meter dari permukaan tanah. Patung tersebut berada persis di depan bangunan yang bertuliskan Gedung Penitipan Abu Jenazah Cung Lin Tze.
Kremasi oven, kata dia, memerlukan waktu antara 1,5 sampai 2 jam pembakaran. Ada tiga oven yang digunakan untuk mengkremasi jenazah di sini.
"Dan proses kremasi itu kan tidak hanya jenazah basah, jadi ada rangka atau kerangka yang artinya galian dari kuburan," kata Cecep saat ditemui Kompas.com di Krematorium Cilincing, Rabu.
"Kremasi di sini beragama Hindu biasanya dari Bali, Buddha, Kristen baik Protestan maupun Katolik," ucap Cecep.
Oleh sebab itu, diperlukan beberapa prosesi yang dimulai dari pengemasan jenazah di rumah duka, upacara, berdoa, hingga pemilihan hari untuk menentukan waktu pemakaman atau kremasi.
"Setelah beberapa hari dipilih hari baik, waktu bagus, tergantung pilihan keluarga mau dikremasi atau dikubur, baru upacara keluar dari rumah duka kemudian ke krematorum atau pemakaman," jelas Hartono.
Hartono bersama keluarga yang ditinggalkan salah satu anggota keluarganya pun membakar sejumlah benda yang dipercaya akan digunakan oleh almarhum.
"Jadi kalau untuk agama kami Konghucu, dipercaya dia melewati hari-hari biasa jadi semua perlatannya harus dipersiapkan," kata Hartono.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/02/08145151/berita-foto-melihat-lebih-dekat-krematorium-cilincing-dan-segala