Salin Artikel

Menanti Kapolres Depok yang Baru Lunasi Janji kepada Keluarga Akseyna...

DEPOK, KOMPAS.com- Sudah menjelang delapan tahun lamanya, tetapi kasus pembunuhan Akseyna Ahad Dori (19) masih memyimpan banyak teka-teki yang belum terpecahkan sampai saat ini.

Akseyna ditemukan tak bernyawa di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, pada 26 Maret 2015.

Akseyna merupakan mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI. Saat pertama kali ditemukan, korban diduga bunuh diri.

Belakangan, kepolisian yang menyelidiki kematian Akseyna menyatakan bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan.

Namun, kasus tersebut belum menemukan titik terang mengenai teka-teki siapa pembunuhnya, motif, dan berbagai hal lainnya. Pihak keluarga pun masih terus menunggu hasil investigasi pihak kepolisian sampai saat ini.

Selama delapan tahun, polisi yang memimpin Polres Depok pun silih berganti. Setiap pergantian kapolres, keluarga Akseyna selalu menitipkan harapan yang sama.

 

Harapan ke Kapolsek Depok yang baru

Jabatan kapolres Depok yang kini baru diisi oleh Kombes Ahmad Fuady sejak 13 Januari 2023. Sama seperti sebelumnya, keluarga Ace menaruh harapan besar agar kasus pembunuhan anaknya bisa terungkap.

"Saya berharap Kapolres Depok yang baru mampu membongkar kasus pembunuhan ini," ujar Ayah kandung Akseyna, Marsekal Pertama TNI (Purn) Mardoto kepada Kompas.com, Senin (15/1/2023).

Ia juga sangat berharap agar Kapolres Depok yang baru dapat melanjutkan kasus ini dengan investigasi yang lebih mendalam.

Mardoto memiliki harapan besar karena dia mendapat informasi bahwa polisi memiliki tim khusus untuk menangani kasus pembunuhan Akseyna.

"Pendekatan scientific benar-benar untuk investigasi kriminal yang sudah lama seperti ini," kata Mardoto.

"Tentu bersama atau kerja sama dengan tim khusus yang kabarnya sudah terbentuk," tambah dia.

Banyak bukti awal belum ditelusuri lebih jauh

Mardoto menyebut kasus pembunuhan anaknya selama ini belum ditelusuri lebih jauh.

Ia meminta penanganan kasus pembunuhan anaknya dapat ditelusuri berdasarkan pada bukti-bukti awal sedetail mungkin.

Hal itu dikarenakan, menurut Mardoto, selama ini banyak bukti-bukti yang belum diidentifikasi secara menyeluruh oleh pihak kepolisian.

"Bukti-bukti permulaan yang ada enggak di-eksplore," ucap dia.

Pihak keluarga mencurigai ada banyak kejanggalan dan beberapa bukti yang telah ditemukan sejak awal kasus ini ditetapkan sebagai tindakan pembunuhan.

Sementara itu, menurut Mardoto, tidak semua bukti-bukti ditelusuri dengan baik dan penanganannya juga terkesan lambat.

"Kesannya (penanganan kasus Akseyna selama ini) lamban," ujar Mardoto.

Minta usut satu orang mencurigakan

Mardoto meminta pihak kepolisian menyelidiki satu orang yang sejak awal dicurigai terkait kasus pembunuhan anaknya.

"Iya, ada satu orang yang patut didalami (penyelidikannya)," ujarnya.

Mardoto menjelaskan, orang yang dicurigai dan harus ditelusuri lebih lanjut adalah orang yang dengan mudah keluar masuk ke kamar kos Akseyna.

"Orang yang keluar masuk kamar kos Ace (panggilan Akseyna). Saat masih kategori belum Mr X, saat telah ditemukan (jenazah Ace), dan saat sudah teridentifikasi," jelas dia.

Orang yang dimaksud juga kerap menginap di kamar Ace setelah Ace ditemukan meninggal dunia.

Orang itu disebut terindikasi berkomunikasi dengan dosen tertentu pada malam hari dan mereka memiliki peran akan keberadaan surat wasiat yang ditemukan di kamar kos Akseyna.

Lebih lanjut, Mardoto mengatakan, orang yang dicurigai itu pernah menyebut jaket tertentu yang tidak ada di lemari Akseyna.

"Padahal saya belum ke Jakarta (mengambil barang-barang Ace)," kata Mardoto.

"Yang bersangkutan juga menguasai HP Ace kala on pertama setelah enggak aktif sekitar tanggal kematian Ace," tambah dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/17/06521221/menanti-kapolres-depok-yang-baru-lunasi-janji-kepada-keluarga-akseyna

Terkini Lainnya

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke