Salin Artikel

Keluh Kesah Penghuni Rusun Pemulung Bekasi yang Masih Sulit Atur Keuangan meski Tarif Sewa Rp 10.000 per Bulan

JAKARTA, KOMPAS.com - Ozmah (50 ) begitu senang sejak pertama kali menempati Rumah Susun Sentra Timur Terpadu Pengudi Luhur, Kota Bekasi, Jawa Barat, sejak dua pekan lalu.

Kondisi tempat tinggal yang ia huni saat ini sudah jauh berbeda dengan lapak yang ia huni sejak tiga tahun lalu di Duren Jaya. Lapaknya saat itu hanya cukup untuk dua orang.

Selama tiga tahun belakangan, Ozmah tinggal bersama sang suami yang tengah menderita saraf terjepit. Penyakit suaminya itu semakin parah dan berujung kelumpuhan.

"Sudah lebih dari setahun, suami saya setiap hari hanya tidur. Saya memulung dibantu dua anak lelaki," ucap perempuan asal Karawang itu, dikutip dari Harian Kompas, Sabtu (25/3/2023).

Ia pun bersyukur bisa hidup lebih nyaman saat ini lantaran tak lagi merasakan banjir. Selain itu, kata Ozmah, ia juga menikmati air bersih dan perabotan gratis di dalam rumah susun itu.

Kendati demikian, Ozmah masih merasa kesulitan mengatur keuangan. Pasalnya, kata Ozmah, jarak rumah susun dengan tempat ia memulung cukup jauh.

Sejak tinggal di rumah susun, setiap pagi Ozmah berangkat bersama dua anaknya yang hanya lulusan sekolah dasar (SD) ke Duren Jaya sejauh lima kilometer untuk memulung.

Hasil memulung di pasar, jalanan, hingga permukiman warga biasanya dijual ke pengepul setiap sepekan sekali. Rata-rata uang yang bisa dikumpulkan itu Rp 240.000 sepekan.

Dari uang itu, Ozmah harus putar otak untuk membayar sewa rusun sebesar Rp 10.000 per bulan, mengisi ulang tabung gas, dan kebutuhan sehari-hari.

"Belum bisa nabung. Uang itu habis untuk kebutuhan sehari-hari," ucap Ozmah.

Kesulitan serupa juga dirasakan Asmani (40). Sehari-hari, Asmani harus membiayai anak bungsunya yang masih duduk di bangku kelas tiga salah satu sekolah menengah kejuruan swasta di Jakarta.

Menurut Asmani, anaknya itu masih butuh biaya transportasi, jajan, hingga iuran sekolah setiap bulannya.

"Saya sejak tinggal di sini, hanya suami saya yang memulung. Lagi cari cara untuk buka usaha, tetapi masih bingung," ucap Asmani.

Rusun untuk eks gelandangan

Rumah Susun Sentra Timur Terpadu Pangudi Luhur merupakan rumah susun yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR) bersama Kementerian Sosial.

Rusun itu diperuntukkan bagi eks gelandangan dan pengemis yang dibina Kementerian Sosial. Total anggaran pembangunan rusun tersebut Rp 34,5 miliar.

Rumah Susun satu menara yang terdiri dari lima lantai itu memiliki 93 unit tipe 24. Dari 93 unit itu, lima unit untuk difabel dan 88 unit tipe reguler dengan kapasitas tampung 3622 orang.

Rusun yang diresmikan pada awal Februari 2023 itu didesain sederhana agar mampu menampung lebih banyak pemulung dan pekerja informal yang tidak memiliki rumah.

Adapun biaya sewa yang dikenakan di rusun itu sebesar Rp 10.000 per bulan dengan menyesuaikan pendapatan pemulung sekitar Rp 300.000 sampai Rp600.000 per bulan.

Warga yang tinggal di rusun itu juga dibatasi masa tinggalnya, yaitu selama tiga tahun. Jika selama rentang waktu itu ada peningkatan, penghuni bisa mencari tempat lain.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/26/16131201/keluh-kesah-penghuni-rusun-pemulung-bekasi-yang-masih-sulit-atur-keuangan

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke