Salin Artikel

Buka-bukaan Aji soal Gajinya Delapan Tahun Jadi Marbut, dari Rp 500.000 Kini Bisa Rp 4 Juta

Aji sudah 8 tahun menjadi marbut. Sebelumnya, ia bekerja sebagai kuli angkut di sebuah agen di Jalan Sarang Bango, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara dan dipinang oleh eks Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah.

Awalnya, dia hanya mendapatkan gaji sebesar Rp 500.000 per bulan dari Saefullah. 

"Nah, sekarang sudah Rp 4 juta. Dari bendahara DKM Rp 3 juta, dari pemerintah Rp 1 juta yang dibayarnya 6 bulan sekali,” kata Aji saat ditemui Kompas.com di Masjid Al-Khoiriyah pada Senin (27/3/2023).

“Saya enggak tahu itu (Rp 3 juta) dari Pemda DKI atau dari mana. Ya setahu saya, yang Rp 1 juta yang dibayar 6 bulan sekali ini yang dari Pemda DKI. Karena ada ATM sendiri, Bank DKI Syariah,” ucap Aji melanjutkan.

Mengenai tunjangan hari raya (THR), Aji memastikan bahwa ia mendapatkannya. Tetapi, THR tersebut bukanlah dari Pemda DKI, melainkan dari Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).

“Kalau THR, enggak dapat dari Pemda. Dari Bendahara DKM dapat Rp 1 juta. Waktu itu Pak Sekda yang menyetujui,” tuturnya.

Soal asuransi, ayah dari tujuh orang anak itu mengaku tidak memilikinya.

Kini banyak yang iri

Mulanya, Aji sempat masih menjalani pekerjaan sebagai kuli angkut saat sudah menjadi marbut. Semuanya ia jalani dengan suka cita.

Namun suatu ketika, Aji mendapatkan pesan dari Saefullah yang menyuruhnya berhenti menjadi kuli angkut.

"Kata Pak Sekda, ‘sudah berhenti Pak Aji, manggul capek. Di masjid saja, sudah, (nanti) dicukupi gajinya," ujar Aji.

Sejak saat itu, Aji mendapatkan honor senilai Rp 1,2 juta dari Saefullah. Hal tersebut membuatnya sangat senang karena penghasilannya berbeda jauh dengan profesi yang sebelumnya.

“Lama-lama, saya diusulkan ke Pemda DKI untuk digaji. Waktu itu, gaji UMR, Rp 2,5 juta, waktu zamannya Pak Jokowi. Digaji melalui ATM Bank DKI Syariah,” ungkap Aji.

Sejak saat itu, Aji kerap kali mendapatkan cibiran dari masyarakat sekitar karena telah mengetahui gaji yang diterima olehnya sebagai seorang marbut.

“Tapi saya baliki, 'dulu disuruh jadi marbut pada enggak mau, sekarang saja sudah ada gajinya pada mau'. Nah, sekarang sudah Rp 4 juta. Dari bendahara DKM Rp 3 juta, dari pemerintah Rp 1 juta yang dibayarnya 6 bulan sekali,” kata Aji.

Tugas seorang marbut masjid

Tak ingin dianggap gaji buta, Aji menjelaskan tugas seorang marbut. Setiap harinya, Aji harus bangun pukul 04.00 WIB. Tetapi, khusus bulan Ramadhan, ia bangun pukul 03.00 WIB.

Setelahnya, Aji langsung mempersiapkan untuk salat subuh berjemaah.

“Ya kalau bulan Ramadhan, saya bangun jam 03.00 WIB. Bangunin orang sahur dan kan ada orang yang mengaji di masjid, tadarus. Kadang-kadang, makan seenaknya saja. Intinya, jam 03.00 WIB saya sudah bangun, sudah bersih-bersih. Entar pas adzan Subuh, sudah rapi, gitu,” ungkap Aji.

Untuk sehari-hari, Aji mengatakan memang tugas keseharian seorang marbut adalah bersih-bersih.

Tetapi, Aji memastikan bahwa marbut juga bertanggung jawab penuh atas seluruh peralatan di masjid.

“Saya marbut, yang bertanggung jawab dengan semua barang-barang yang ada di masjid, termasuk ambulans. Saya siang hingga malam di sini. Saya (tinggal) di masjid, sudah, di sini, siang dan malam. Selama dua tahun setelah saya pisah sama istri, dua tahun,” imbuh Aji.

Meski hanya seorang diri saja menjadi marbut di Masjid Al-Khoiriyah, Aji mengaku tidak kelimpungan.

“Enggak kok, kan ngerjainnya kayak sehari ini, besoknya ini, muter gitu. Jadi semuanya kepegang,” pungkas Aji.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/27/12551471/buka-bukaan-aji-soal-gajinya-delapan-tahun-jadi-marbut-dari-rp-500000

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke