DEPOK, KOMPAS.com - Warga Cilangkap, Tapos, Depok bernama Supiyati (46) sedih melihat putranya berinisial PA (4) yang didiagnosis stunting.
Momen terberatnya adalah ketika melihat kebutuhan gizi sang anak mesti dibantu Puskesmas melalui pemberian makanan tambahan (PMT).
"Pernah (merasakan titik terberat) waktu bidan kelurahan memberi PMT. Diberi sayur, lauk gitu. Agak sedih," kata Supiyati saat ditemui di Posyandu Melati 4, Cilangkap, Tapos, Depok, Rabu (5/4/2023).
Supiyati mengaku, dirinya bukan tidak mampu memberikan pemenuhan gizi terhadap anaknya. Ia bukan berlatar belakang ekonomi bawah.
Supiyati sendiri sehari-hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Ia juga aktif sebagai kader PKK. Sementara, sang suami bekerja sebagai pekerja lepas di bidang desain interior.
Adapun, penghasilan keluarga mereka per bulan berada di kisaran Rp 4 hingga 5 juta.
Namun, sang anak memang tak mau mengonsumsi makanan gizi tinggi semisal ikan dan daging-dagingan.
"Karena memang bukan saya enggak kasih makan, cuman anak saya tidak mau makan itu," tambah dia.
Kendati begitu, Supiyati berusaha memenuhi gizi anaknya dengan menyiasati asupan makanan lain yang kadar protein atau karbohidratnya sesuai untuk tumbuh kembangnya.
"Seharusnya disuruh makan yang itu ayam, yang protein cuman memang masuk sedikit-sedikit, tapi yang pasti telur,"ujar Supiyati.
"Karena (PA) enggak bisa makan daging langsung, makanya diganti bakso, karbohidratnya paling dari kentang, roti tawar," sambung dia.
Sebagai informasi, putra Supiyati didiagnosis stunting oleh tenaga kesehatan posyandu pada 2022.
Hal itu membuat ia tak menyangka. Sebab anaknya terbilang cukup aktif dan tak memiliki riwayat penyakit infeksi berulang sejak bayi.
"Enggak menyangka, soalnya emang anaknya aktif, tidak sakit, tidak pernah bermasalah maksudnya enggak ada apa-apa, enggak lemas," kata Supiyati.
Supiyati baru menyadari bahwa kondisi seperti itu tidak menjamin seorang anak bakal terlepas dari stunting.
Menurut Supiyati, pola makan yang diterapkan pada anaknya justru menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tumbuh kembang terhambat.
Pasalnya, Supiyati menyebut PA tak pernah mau mengonsumsi nasi dan daging.
"Gizinya, memang seharusnya ayam itu kan harus masuk (dikonsumsi), cuma kan dia (PA) enggak mau nasi, geli sama nasi, untuk lauk semacam daging itu juga enggak," ujar Supiyati.
Karena pola makan yang seperti itu, PA akhirnya didiagnosis stunting lantaran memiliki tinggi dan berat badan tak sesuai dengan usia.
"Tinggi badan 97 sentimeter BB (berat badan) 13,7 kilogram, memang enggak kurang-kurang sekali sih sebenarnya. Tapi, statusnya stunting," ujar dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/06/14450821/curhat-ibu-yang-anaknya-didiagnosis-stunting-padahal-ekonominya-mampu