Salin Artikel

Cerita Lasmiati Izinkan Militer Gali Kubur Heri Korban Tragedi Trisakti: Saya Pikir Mau Cari Keadilan...

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampai hari ini, Lasmiati (64) tidak pernah tahu mengapa makam anaknya, Heri Hartanto, digali kembali oleh aparat.

Heri adalah salah satu dari empat korban meninggal dunia dalam tragedi Trisakti tahun 1998.

Kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2023), Lasmiati mengisahkan, dua pekan setelah tewasnya Heri pada 12 Mei 1998, aparat militer datang ke kediamannya.

Mereka meminta izin untuk menggali makam Heri di TPU Tanah Kusir. Alasannya, hendak mengambil sisa proyektil peluru yang bersarang di tubuh Heri.

"Saya pikir mau cari keadilan, jadi ketika ada militer mau gali makam, ya saya ikhlas saja," ujar Lasmiati di rumahnya kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. 

Keyakinan Lasmiati bahwa penggalian makam itu akan berujung pada keadilan kian kuat setelah pihak aparata militer yang datang mengatakan, proyektil akan diteliti di luar negeri.

Akhirnya, proses penggalian makam Heri tiba. Puluhan aparat militer berseragam lengkap berjaga di sekitar makam. Selain aparat, keluarga, dan tenaga penggali, tak ada yang diperkenankan masuk.

Pada momen inilah, muncul perasaan janggal di hati Lasmiati. Sebab, ternyata hanya makam Heri yang digali kembali. Sementara itu, makam tiga rekan Heri yang sama-sama tewas terbunuh, tidak.

"Cuma (makam) anak saya saja yang digali. Yang diambil pelurunya cuma dari jasad anak saya," ujar Lasmiati. 

"Waktu digali kembali ada penjagaan banyak dari aparat juga saya enggak ngerti maksudnya apa itu," lanjut dia.

Hingga hari ini, Lasmiati dan keluarga tidak menerima informasi apa-apa tentang penggalian makam Heri itu.

Peluru yang menembus tubuh Heri tidak diketahui berjenis apa, berasal dari senjata api apa dan siapa, tidak diketahui pula senjata api itu milik institusi mana.

Harapan akan keadilan bagi tewasnya sang anak menguap seiring waktu.

"Sedih saja (kasus tewasnya Heri tak terusut tuntas). Kan saya izinkan digali karena saya ingin keadilan saja waktu itu, ketika diambil pelurunya bisa tahu siapa pelakunya," terang dia.

"Tapi sampai sekarang saya enggak tau pasti peluru jenis apa itu," lanjut dia.

Heri Hartanto adalah salah satu dari empat mahasiswa Trisakti yang tewas dalam Tragedi Trisakti 12 Mei 1998.

Tiga mahasiswa lain yang menjadi korban, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie.

Mereka tewas tertembak di dalam kampus saat mengikuti demonstrasi yang menuntut turunnya Soeharto dari jabatan presiden.??

Kekejaman aparat dalam meredakan demonstrasi para aktivis waktu itu mendapat sorotan dan hingga kini keadilan bagi keluarga korban Tragedi Trisakti pun masih dinanti.??

Akibat kejadian tersebut membuat perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar.??Puncaknya pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya, serta menandai akhir dari rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.?? 

Pada 2001, Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP HAM) yang dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyimpulkan dari bukti-bukti permulaan yang cukup telah terjadi pelanggaran berat HAM dalam peristiwa Trisakti dan beberapa peristiwa lainnya.

Hasil penyelidikan Komnas HAM juga disampaikan kepada Kejaksaan Agung supaya segera diselidiki pada April 2002. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada titik terang.

Pengadilan Militer untuk kasus Trisakti yang digelar pada 1998 menjatuhkan putusan kepada 6 orang perwira pertama Polri.

Akan tetapi, para komandan sampai saat ini tetap tidak bisa meminta pertanggungjawaban.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/19/09435761/cerita-lasmiati-izinkan-militer-gali-kubur-heri-korban-tragedi-trisakti

Terkini Lainnya

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke