Larangan itu disampaikan Lasmiati beberapa hari sebelum tragedi penembakan di Kampus Trisakti.
Awalnya, Lasmiati beberapa kali menonton berita di TV saat itu banyak aksi demonstrasi.
"Waktu itu saya nonton berita di TV, ada demo di kampus ITB, lalu ada di mana-mana juga kan, pokoknya universitas negeri dan swasta seluruh Indonesia sering demo," ujar Lasmiati saat ditemui Kompas.com di kediamannya, kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2023).
Lasmiati kemudian melarang Heri untuk ikut-ikutan demo, karena saat itu banyak penculikan. Heri saat itu merespons dengan menganggukkan kepalanya.
"Saya ngomong ke dia, 'Kamu jangan ikut-ikutan'. Heri jawab, 'Iya'. Saya bilang lagi, 'Jangan ikut ya, nanti kamu bisa diculik'. Heri menganggukkan kepala," ujar Lasmiati.
"Zaman dulu kan kami ngumpul berempat atau lima kan hilang diculik. Nah saya pesan ke Heri," imbuh dia.
Lasmiati mengetahui bahwa sang anak tidak pernah ikut demo di luar kampus dari kawan Heri, yakni Aji.
Berdasarkan cerita Aji, Heri hanya ikut berbaris ketika rektor Trisakti memberikan orasi soal penuntutan kepada Presiden Soeharto.
Ketika mendengar cerita Aji, Lasmiati menganggap hal itu masih dalam batas wajar.
"Menurut saya masih batas wajar gitu. Saya selalu pesan selesai ujian dan kuliah, langsung pulang saja," tutur Lasmiati.
Namun, hari itu, 12 Mei 1998, takdir berkata lain. Heri tewas usai timah panas bersarang di tubuhnya.
Heri meninggal di tempat saat "hujan" peluru menyerang kampus A Trisakti dari luar gerbang. Peluru tersebut diduga berasal dari aparat yang sengaja menembak ke arah dalam kampus Trisakti.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/19/10091711/heri-hartanto-sempat-dilarang-ikut-demo-sebelum-tewas-tertembak-di-kampus