Ia menuturkan, aksi tawuran yang kerap terjadi di sana membuatnya tidak tenang berdagang.
"Kalau dari saya sendiri sebagai pedagang, keresahan yang saya rasakan itu takut kena salah sasaran. Sayanya dan gerobak dagang saya," tutur dia di lokasi, Kamis (8/6/2023).
Sudi sudah berdagang di sana sejak 2016. Ia memang tak pernah menjadi korban tawuran karena dagangannya selalu habis paling lambat pukul 18.00 WIB.
Namun, bukan berarti Sudi tidak merasa waspada. Dia khawatir jika tawuran terjadi saat ia masih berjualan.
Sudi juga tidak ingin tawuran terus terjadi agar rekan sesama pedagang tidak mengalami kerugian.
"Kasihan juga sama pedagang lain yang pernah jadi korban dulu. Kaca toko, etalase, gerobak, pada pecah-pecah," kata Sudi.
"Kami juga takut kena lempar batu atau benda-benda apalah," sambung dia.
Sudi juga tidak ingin menjadi korban salah sasaran dan mengalami luka-luka.
Sebagai informasi, sebagian besar orang lebih mengenal Jalan Bekasi Timur IV sebagai Gang Mayong.
Mayong sebenarnya adalah nama salah satu gang di RW 07, dekat Jalan Bekasi Timur IV.
Namun, tawuran sering terjadi di jalanan itu antara warga Gang Mayong dari RW 07 dan warga dari RW 08. Karena itu, kawasan tersebut sering dilabeli Gang Mayong.
Tawuran besar terbaru terjadi pada 20-21 Mei lalu. Tawuran pertama terjadi pada Sabtu sekitar pukul 15.45 WIB. Pemuda RW 07 disebut menyerang pemuda RW 08.
Dua orang mengalami luka serius akibat disabet senjata tajam sehingga harus dirawat intensif di Rumah Sakit Persahabatan.
Kemudian, tawuran berlanjut pada Minggu pukul 16.00 WIB. Aksi tersebut menyebabkan terbakarnya kendaraan roda dua dan sangkar burung.
Atas peristiwa itu, polisi meringkus tujuh orang yang terlibat penganiayaan dan perusakan kendaraan.
Rupanya ada pelaku yang bukan berdomisili di daerah itu. Mereka merupakan warga Matraman dan Kampung Makassar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/08/19465611/keresahan-tukang-mi-ayam-gang-mayong-takut-jadi-korban-salah-sasaran