JAKARTA, KOMPAS.com - Kehilangan putra semata wayang menjadi pukulan berat bagi Maemanah (63), saat kebakaran melanda permukiman penduduk di Gang Lontar Kelurahan Duri Utara, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Dengan suara bergetar, Maemanah menceritakan detik-detik berpulangnya sang putra, Afriyanto (30), dalam kebakaran yang berlangsung pada Minggu (9/7/2023).
Ia mengatakan, anaknya itu meninggal dunia karena sesak napas lantaran terlalu banyak menghirup gas karbon dioksida dari asap kebakaran.
"Menurut teman-temannya sempat jatuh, tetapi dia bangun lagi. Terus dia sempat ngoceh-ngoceh karena pemadam terlambat datangnya," ujar Maemanah saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Senin (10/7/2023).
Afriyanto, kata Maemanah, ikut membantu memadamkan api yang meluluhlantakkan puluhan rumah di kawasan padat penduduk itu.
Ketika insiden terjadi, lanjut dia, korban bergegas memadamkan api yang berkobar di area belakang rumahnya.
Maemanah sendiri tak menyangka, bila si jago merah juga melalap rumah lantai dua yang dihuninya selama puluhan tahun.
Air mata Maemanah seketika berlinang, selama ia menceritakan kondisi sang putra saat peristiwa nahas itu terjadi.
"Ini (korban) menolong yang di belakang. Ibu sudah (ngungsi) di sekolahan kan singgahnya. Dalam hati saya kok enggak enak banget perasaan namanya anak kan," ungkapnya.
Kala itu Maemunah mendengar Afriyanto pingsan di lokasi kejadian sekitar pukul 22.00 WIB.
Korban lalu dibawa ke posko pengungsian, yakni di Kompleks SDN Duri Utara 1-6.
"Belakang tubuhnya pada luka karena kena reruntuhan itu. Dia langsung (mengatakan) 'Mama udah enggak usah ke mana-mana di sekolahan aja. Afri enggak apa-apa di sini'," jelas Maemanah.
Tak ada lagi komunukasi antara anak dan ibu tersebut. Afriyanto hanya menitipkan ibundanya kepada warga, sementara dirinya masih berjibaku memadamkan api.
"Memang dia bilang, 'Mama gue mana, mama gue tolongin, tolongin mama gue ya', dia sempat ingat ke saya," sebut Maemanah.
Kini, percakapan terakhir itu yang menjadi memori terakhir dia bersama sang anak.
Kapolsek Tambora Kompol Putra Pratama mengatakan, Afriyanto menjadi satu-satunya korban tewas dalam peristiwa kebakaran itu. Ia menghembuskan napas terakhirnya saat dibawa ke puskesmas.
"Korban saat itu mengalami sesak napas (saat kebakaran terjadi). Dia lantas dilarikan ke Puskesmas Tambora untuk mendapat pertolongan, tetapi nyawanya sudah tak tertolong dalam perjalanan," kata Putra saat dikonfirmasi, Minggu (9/7/2023).
Selain korban tewas, lanjut dia, ada dua korban yang mengalami luka-luka yakni Adit (24), petugas PPSU Kelurahan Pasar Baru yang mengalami luka bakar di bagian telapak kaki.
Korban berikutnya yakni Ketua RT 002 bernama Abi Sudrajat. Abi menderita luka sobek akibat pecahan kaca.
Adapun, Kebakaran yang terjadi di Jalan Duri Utara, Gang Lontar, RW 005 dan RW 007 sekitar pukul 18.00 WIB. Kebakaran ini diduga akibat korsleting.
Putra menyebut, dari data sementara kebakaran setidaknya menghanguskan 94 rumah, 152 KK terdampak dengan total 537 jiwa.
"Hampir empat jam proses pemadaman oleh 26 unit mobil pemadam kebakaran dan 150 personel Damkar," jelas Putra.
Sejauh ini, para warga yang terdampak mengungsi di posko Kompleks SDN Duri Utara 1-6.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/10/17464311/dengan-suara-bergetar-maemanah-ceritakan-saat-sang-anak-tewas-dalam