Namun, Ngadenin justru mendapat perlakuan tidak mengenakan dari pihak hotel yang berdiri di dekat rumahnya, Jalan Raya Jatiwaringin, RT 03 RW 04, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.
Perlakuan tak enak itu disampaikan oleh kuasa hukum Ngadenin, Zaenal Abidin.
"Selama perjuangan tiga tahun, tidak ada titik temu, bahkan Ngadenin sering mendapat perlakuan tidak enak, artinya sering mendapat intimidasi," ujar Zaenal saat ditemui usai mediasi di Kantor Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Rabu (12/7/2023).
Selain Ngadenin, Zaenal menyebut ada satu warga lain yang juga aksesnya rumahnya tertutup hotel.
"Ibu Peni dan suaminya, beliau juga korban, mengatakan bahwa 'Kami orang kecil, kami tidak akan mampu melawan pengusaha hotel'," ujar Zaenal.
Karena itu, Zaenal bersyukur Pemkot Bekasi mengadakan pertemuan antara pihak hotel, Ngadenin, dan Peni.
Harapannya, mediasi tersebut akan berbuah solusi yang terbaik bagi semuanya, khususnya bagi Ngadenin dan sang istri.
"Makanya dengan adanya undangan untuk mediasi ini adalah kesempatan dan momen kami untuk menyampaikan ke pejabat daerah setempat," ujar Zaenal.
Kata Zaenal, Pemkot menyarankan kliennya dan pihak hotel melakukan negosiasi (penawaran) ulang.
"Pak Camat tadi menyampaikan sebisa mungkin masalah ini bisa diselesaikan secara mediasi," kata dia.
"Jadi hotel itu bukan menutup jalan aksesnya, yang kami tutup tembok batas pekarangan atau batas surat yang ada di sertifikat," kata Devin.
Devin menyebutkan, akses jalan ke rumah Ngadenin sejak awal bukan melalui hotel keluarganya, tetapi rumah yang bersebelahan dengan tembok hotel.
Devin mengatakan, rumah tersebut mulanya milik hotel keluarganya, tetapi kini telah dibeli oleh seseorang.
Adapun Ngadenin dan Nur sudah tiga tahun kehilangan kenyamanan tinggal di rumah setelah akses menuju rumahnya "dikurung" tembok hotel.
Akses satu-satunya bagi Ngadenin dan Nur untuk pulang ke rumah hanya melalui saluran air atau got penuh lumpur dan benda tajam yang berisiko melukai kaki.
"Kurang lebih sudah tiga tahun. Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," kata Ngadenin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/13/05150001/akses-rumah-tetangga-ngadenin-juga-tertutup-hotel-katanya-kami-orang