JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus cacar monyet atau monkeypox di DKI Jakarta melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Pemerintah diminta waspada dan bergerak cepat mencegah penyakit tersebut menjadi wabah.
Hingga 23 Oktober 2023 terdapat delapan kasus cacar monyet yang teridentifikasi. Pasien pertama terkonfirmasi positif ditemukan pada Agustus 2022 lalu dan dinyatakan sembuh.
Setahun kemudian, kasus ini kembali muncul di Jakarta. Berikut fakta-fakta dari lonjakan cacar monyet di Jakarta:
Tujuh kasus aktif
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salam menyebutkan, penularan cacar monyet kembali terjadi setahun kemudian usai penemuan kasus pertama.
Kasus kedua hingga kedelapan ditemukan pada 13, 19, 21, dan 23 Oktober 2023. Ada sebanyak 7 pasien terkonfirmasi positif dan kini menjalani isolasi di rumah sakit.
Selain itu, ada sembilan warga berstatus suspek dan kini sedang menunggu hasil polymerase chain reaction (PCR) dari laboratorium.
"Suspek atau terduga bergejala sembilan orang. Masih proses pemeriksaan laboratorium PCR," kata Ngabila, Senin (23/10/2023).
Rentang usia
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengonfirmasi, sejumlah warga yang terpapar cacar monyet itu umumnya laki-laki berusia 26-32 tahun.
"Seluruh kasus yang ditemukan sejauh ini adalah pasien laki-laki dengan rentang usia 26-32 tahun," ujar Ani dalam keterangannya, dikutip Selasa (24/10/2023).
Warga yang terpapar cacar monyet itu tengah diisolasi di beberapa rumah sakit di Jakarta. Kondisi mereka kian membaik sejak dinyatakan terkonfirmasi penyakit tersebut.
Ani mengimbau kepada masyarakat yang melakukan kontak erat dengan pasien monkeypox agar kooperatif saat dihubungi tenaga kesehatan dan bersedia diperiksa di fasilitas kesehatan yang ditunjuk.
Ciri-ciri
Ani mengatakan, penyakit cacar monyet memiliki beberapa tanda dan gejala yang khas, di antaranya terjadi demam, nyeri tulang dan otot.
"Lalu, lenting isi air atau luka pada kulit, adanya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher, atau lipat paha," ungkap Ani.
"Untuk itu, hindari kontak kulit langsung dengan pasien monkeypox yang memiliki luka kulit atau lenting isi air di kulitnya,” sambung dia.
Ani menjelaskan, pengidap cacar monyet harus menjalani isolasi dengan baik sampai sembuh sempurna.
Kemudian, apabila masyarakat menemukan atau mengalami gejala cacar monyet, dapat segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Pencegahan
Seluruh masyarakat perlu menjaga kebersihan diri dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah penularan penyakit cacar monyet.
Menurut Ani, cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan cacar monyet adalah rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit.
"Selain itu, kita juga perlu menjaga kesehatan reproduksi dengan baik dan saling setia dengan pasangan," jelasnya.
Ani menambahkan, Dinkes juga melakukan tracing atau proses mencari dan memantau pihak yang berkontak erat dengan pasien cacar monyet demi memutus rantai penularan cacar monyet.
Pembentukan tim pelacak
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku telah memerintahkan Dinas Kesehatan membentuk tim khusus untuk melacak penularan kasus cacar monyet.
Langkah ini diambil agar pasien yang terjangkit cacar monyet atau monkeypox bisa langsung teridentifikasi dan ditangani secara medis.
"Saya tugaskan Bu Kepala Dinas Kesehatan bikin tim tracing. Ketemu (kasus baru) salah satunya karena tracing," ujar Heru Budi di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (23/10/2023) sore.
Di samping itu, Heru Budi mengaku selalu berkomunikasi dengan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam penanganan kasus monkeypox.
Setiap kasus yang ditemukan di DKI Jakarta juga selalu dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan dan ditangani secara bersama-sama.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/10/24/11100891/fakta-fakta-lonjakan-cacar-monyet-di-jakarta-dari-ciri-ciri-hingga