Salin Artikel

Lika-liku Keseharian Sopir Truk Kontainer, Bertaruh Nyawa di Jalan Tanpa Asuransi Kesehatan

Duduk di atas dipan berbahan kayu setinggi 100 sentimeter dengan suasana ruangan yang minim cahaya, mereka bertukar kabar tentang keseharian menjadi seorang sopir truk kontainer.

Ketiganya saling berhadap-hadapan dan badannya bersandar di tembok semen tanpa acian. Sambil menyeruput kopi hitam, asap putih dari isapan rokok mengepul di depan wajah lelah mereka.

Suasana Rabu (10/1/2023) sehabis hujan saat menjelang matahari terbenam di kawasan tempat mereka bekerja sangat sibuk.

Suara deru mesin truk kontainer nyaring terdengar setelah melakukan perjalanan panjang saat memasuki area tempat ketiganya mencari nafkah.

Bertaruh nyawa hadapi pungli

Berdasarkan pengalaman, Tomang yang masuk dalam wilayah administrasi Jakarta Barat itu menjadi momok yang menyeramkan bagi Nurhana.

Saat matahari sudah terbenam dari ufuk barat dan aktivitas masyarakat mulai minim saat dini hari, sekelompok orang berdiri di pinggir jalan dan berada di beberapa titik.

Mereka menyebutnya dengan istilah anak “Asmoro”. Kegiatannya meminta uang secara paksa atau memalak para sopir truk kontainer yang sedang melintas dengan kecepatan lambat.

“Yang harus diperketat itu ya di Tomang. Truk enggak kuat nanjak (jembatan layang) kalau ada muatan, makanya lewat bawah. Tapi, kalau lewat bawah, ada anak Asmoro yang minta. Beberapa hari lalu saya kena,” keluh Nurhana, kepada Kompas.com, Rabu.

“Mintanya Rp 10.000. Saya kasih Rp 1.000, enggak mau dia, dibuang (uangnya). Eh ngotot, katanya, ‘dapat apa Rp 1.000?’. Mau ngajak ribut saya,” lanjut dia.

Nurhana langsung dikerumuni anak-anak Asmoro. Salah satu dari komplotan memaksa masuk ruang kemudi dari pintu sebelah kiri.

Tanpa basa-basi, mereka merampas benda-benda yang sekiranya berharga. Hal tersebut dilakukan komplotan Asmoro karena Nurhana dianggap melawan atau banyak bicara.

“(Yang dirampas sama mereka) Yang kelihatan saja di dalam kursi kemudi. Terkadang, nyawa kami juga terancam. (Mereka todong) pakai pisau kecil,” timpal Fahrurozi.

Beruntung, nyawa dan barang-barang Nurhana tertolong dengan warga setempat yang kebetulan ada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Kaca depan truk kontainer juga tidak dipecahkan seperti yang sudah-sudah.

“Banyak orang juga terkadang pada enggak mau nolongin, cuek-cuek. Soalnya pada takut (sama anak Asmoro),” ucap Bagas.

Codet di tangan kanan Nurhana menjadi saksi bisu dari tindak kriminal Asmoro yang dilakukan terhadapnya di kawasan Koja, Jakarta Utara, pada 2006 silam.

Selain Tomang, wilayah Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang beberapa waktu lalu viral di media sosial pada September 2023 tampaknya juga masih menjadi momok bagi para sopir kontainer meski para pelaku telah ditangkap polisi.

Aktivitas anak Asmoro, kata Nurhana, masih banyak terlihat di Babelan dan itu sangat merugikan para sopir truk kontainer yang sedang mencari nafkah untuk anak dan istri di kampung halaman.

Berbeda dengan Nurhana, wilayah Dadap, Kosambi, Tangerang, Banten, menjadi hal yang menakutkan bagi Bagas.

“Kalau di situ (Dadap) mah benar-benar dah. Kalau sudah masuk malam, ibarat kata, duit seember juga habis buat di situ doang. Soalnya, di situ (anak Asmoro) ada di beberapa titik, banyak,” ungkap Bagas.

Untuk memberikan uang para anak Asmoro, para sopir kontainer menyiapkan duit recehan yang mereka ambil dari uang jalan.

Uang jalan tersebut selalu mereka terima dari perusahaan sebelum mengantar barang ke tujuan masing-masing.

“(Untuk kasih anak Asmoro) kami dari uang jalan. Kan setiap berangkat, dikasih uang jalan. Iya (itu uang pribadi) yang buat makan, bensin, rokok, dan segala macam. Kalau ada yang minta, ya ambilnya dari situ,” tutur Nurhana.

Pungli di mana-mana

Selain anak Asmoro, ungkap Nurhana, uang jalan tersebut juga termasuk membayar pungutan liar atau pungli di pelabuhan-pelabuhan hingga uang bongkar muatan di pabrik-pabrik.

“Sekarang mah ribet, apa-apa duit. Katanya dilarang pungli, tapi tetap saja minta,” kata Nurhana.

“Banyak sih pengeluaran (dalam satu kali perjalanan). Paling tidak, sisa Rp 100.000 (uang jalannya),” timpal Bagas.

Nominal uang jalan yang diterima para sopir berbeda-beda. Sebab, hal tersebut mengukur dari jarak tujuan pengantaran barang. Tetapi, kata Nurhana, minimal uang jalan yang diterima sopir adalah Rp 600.000.

Pemasukan para sopir truk kontainer setiap bulannya terbilang pas-pasan. Mereka menerima gaji berdasarkan jumlah pengantaran barang per bulan.

Untuk satu kali pengantaran barang ke tempat tujuan, para sopir truk kontainer menerima upah Rp 120.000.

“(Jumlah uang yang diterima per bulan itu) tergantung ramai atau enggaknya. Paling sedikit 15 tarikan. Paling Rp 2 juta (per bulan),” ungkap Fahrurozi.

“Sistemnya di sini sudah ada antrean. Kadang-kadang, kalau ramai, bisa sampai Rp 5 juta,” tambahnya.

Tanpa asuransi kesehatan

Dalam menjalani pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa, rupanya para sopir truk kontainer ini mengaku tidak memiliki asuransi kesehatan.

“Enggak ada (asuransi kesehatan). Soalnya kami kan mitra, bukan karyawan,” jawab Nurhana.

Namun, Fahrurozi mengatakan, bagi para sopir kontainer yang tergabung ke dalam serikat atau paguyuban, kemungkinan besar akan mendapatkannya.

“(Kami) Enggak (tergabung ke dalam serikat), soalnya enggak kompak. Pada sendiri-sendiri,” ucap Fahrurozi.

Terlepas dari keterbatasan tersebut, mereka tetap bersyukur kepada Tuhan karena masih memberikan rezeki untuk menghidupi keluarga di kampung halaman.

“Kalau kita enggak bersyukur, ya enggak bakalan cukup,” pungkas Fahrurozi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/11/09324901/lika-liku-keseharian-sopir-truk-kontainer-bertaruh-nyawa-di-jalan-tanpa

Terkini Lainnya

Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Korban Begal Bermodus "Debt Collector" di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Ditangkap

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Ditangkap

Megapolitan
Polisi Ungkap Alasan Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah: Merasa Dijauhi Teman

Polisi Ungkap Alasan Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah: Merasa Dijauhi Teman

Megapolitan
Siswa yang 'Numpang' KK di DKI Tak Bisa Daftar PPDB Tahun Ini

Siswa yang "Numpang" KK di DKI Tak Bisa Daftar PPDB Tahun Ini

Megapolitan
Sudah Berusia 70 Tahun, Mian Pesimistis Pemprov DKI Beri Pekerjaan buat Jukir Liar Lansia

Sudah Berusia 70 Tahun, Mian Pesimistis Pemprov DKI Beri Pekerjaan buat Jukir Liar Lansia

Megapolitan
Kronologi Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Kronologi Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Disdik DKI Buka Pendaftaran Akun PPDB Jakarta Mulai Hari Ini

Disdik DKI Buka Pendaftaran Akun PPDB Jakarta Mulai Hari Ini

Megapolitan
Mayat Wanita Kenakan Kaus Gucci Ditemukan di Selokan Kawasan Bekasi, Ada Luka di Jidat dan Dahi

Mayat Wanita Kenakan Kaus Gucci Ditemukan di Selokan Kawasan Bekasi, Ada Luka di Jidat dan Dahi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke