JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir acapkali melanda permukiman di bantaran Kali Sarua, Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Tak tanggung-tanggung, ketinggian air saat puncak musim hujan bisa mencapai 2 meter.
Lurah Pejaten Barat Asep Ahmad Umar menyebut tingginya banjir disebabkan Kali Sarua yang tak mampu menampung banyak volume air.
Kali yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu itu diklaim kian dangkal, kini kedalamannya bahkan tak sampai 50 cm.
“Saat ini, kondisi Kali Sarua ketika tak hujan kedalamannya tak lebih dari 30 cm. Yang namanya kali kalau cuma 30 cm itu tak wajar dan tak normal,” ujar Asep kepada wartawan di bantaran Kali Sarua, Rabu (31/1/2024).
Asep mengatakan, nyaris tak ada solusi lain untuk mengatasi banjir di wilayah ini selain melakukan normalisasi.
Sebab, Kali Sarua memang minim perhatian sejak puluhan tahun lalu.
“Peristiwa banjir sudah sangat menahun. Bahkan, informasi yang saya dapat dari warga, Kali Sarua tak pernah dinormalisasi selama 50 tahun terakhir,” tutur dia.
Karena itu, normalisasi yang dilakukan merupakan ikhtiar Kelurahan Pejaten Barat untuk menanggulangi banjir yang kerap melanda empat rukun tetangga (RT) di wilayah ini.
“Minimal setelah normalisasi nanti minim genangan yang masuk rumah-rumah warga,” tegas dia.
Target 3 bulan
Menurut Asep, panjang kali yang dinormalisasi memiliki jarak 1,2 kilometer.
Kali rencananya bakal dikeruk hingga kedalaman 1-1,5 meter dan ditargetkan selesai pada April 2024.
“Target pengerjaan tiga bulan dihitung sejak hari ini. Mudah-mudahan lancar,” ucap dia.
Setelah dikeruk, Kali Sarua nantinya akan dibangun turap supaya air tetap tertahan.
Rencananya, turap akan dibangun oleh Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan.
Turap itu direncanakan dibangun dengan tinggi 1,9 meter yang terhitung dari bibir kali.
Asep mengakui bahwa normalisasi Kali Sarua bukanlah pekerjaan mudah. Pasalnya, di sepanjang kali banyak jembatan kecil yang dibangun warga untuk melintas.
Akibatnya, alat berat untuk mengeruk kali tak bisa melintas. Sebab, jembatan memiliki ketinggian yang sama rata dengan tanah warga.
“Kali nya dangkal, jembatannya juga sama rata dengan rumah warga. Jadi alat berat susah lewat. Makanya, ada beberapa jembatan yang kami hancurkan nanti,” tutur dia.
Dari 21 jembatan yang berdiri, Asep menyatakan hanya sebagian kecil yang dipertahankan.
Warga nantinya diminta untuk memutar dan mencari jalan lain ketika hendak menyeberangi jembatan.
“Warga kami harap mengerti, mereka bisa mencari jembatan lain yang tidak kami hancurkan. Karena ini semata-mata demi kebaikan mereka,” tutup Asep.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/01/09423331/saat-normalisasi-kali-sarua-jadi-satu-satunya-cara-atasi-banjir-2-meter