JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Gembira Gembrong, Jakarta Timur masih berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi, setelah insiden kebakaran hebat melanda permukiman dan pasar di kawasan tersebut pada 2022 silam.
Mereka menyesuaikan cara mendapatkan penghasilan, setelah tidak bisa lagi berdagang atau bekerja di Pasar Gembrong yang sudah terbakar.
Sugi (50) warga setempat bercerita, tidak banyak lagi warga yang kembali berdagang mainan, boneka ataupun karpet seperti sebelumnya.
Modal dan daya saing dengan toko daring menjadi permasalahan warga terdampak kebakaran Pasar Gembrong, untuk kembali membangun usaha yang sama.
"Banyak yang enggak buka lagi. Ya (masalah) modal juga, sama kalah juga sama (toko) online kan kalau sekarang," ujar dia, Sabtu (2/3/2024).
"Jadi, ya buka usaha seadanya sekarang kebanyakan. kayak warung di depan rumah," sambung dia.
Selain itu, area pasar yang terbakar saat ini juga telah disulap jadi trotoar dengan lebar kurang lebih dua meter. Tidak ada lagi ruko-ruko yang bisa digunakan untuk berdagang.
Meski begitu, bukan berarti para warga tak berusaha untuk berdaya agar perekonomian keluarga kembali bangkit. Banyak di antaranya yang mencari pekerjaan lain ataupun membuka warung kecil-kecilan di tempat tinggal baru hasil revitalisasi.
Restu (48) menjadi salah satu warga akhirnya memutuskan untuk membuka warung makanan dan minuman. Warung itu dibangun tepat di teras rumah yang berada di dalam gang selebar 1,5 meter.
Setelah insiden kebakaran, ibu dengan tiga orang anak ini sempat tak berpikir untuk memulai usaha kembali. Sampai akhirnya sang adik menawarkan suntikan dana untuk dia membuka warung.
"Pas kebakaran cuma bersyukur bisa selamat. Terus pas rumahnya dibangun lagi, enggak kepikiran buka warung. Soal ukurannya memang sama, tapi bentuknya kan lebih sempit kalau dibandingkan rumah dulu sebelum kebakaran," kata Restu.
Dia bercerita, sebelum kebakaran, bangunan rumahnya memiliki ruang untuk berjualan. Ada pula beberapa kamar di lantai atas yang memang dikontrakan.
Uang sewa saat itu menjadi salah penghasilan Restu dan keluarga, sebelum rumahnya terbakar dan dibangun ulang dengan bentuk yang berbeda.
"Sekarang mau dibikin kayak dulu ya sudah susah, modalnya enggak ada. Terus juga sayang kalau dibongkar lagi. Akhirnya saya bikin warung di teras," ungkap Restu.
Kini, perempuan berusia 48 tahun itu mengaku, hanya bisa pasrah atas kondisinya saat ini, dengan terus berupaya membangkitkan perekonomian semampunya.
Sebab, lanjut Restu, bantuan yang diterimanya dianggap sudah cukup baik, dibandingkan dengan korban kebakaran di lokasi lain.
"Jadi ya walaupun (ekonomi) susah, bersyukur saja rumahnya dibenerin, dicat. Kalau dulu kan bocor di mana-mana, kumuh juga dekat kali," tutur Restu.
"Orang-orang juga pada bilangnya Gembrong hebat, habis kebakaran dibangunin lagi. Yang lain malah harus utang sana sini biar bisa benerin rumah," lanjut dia.
Sebagai informasi, permukiman warga RW 01 Pasar Gembrong di dilanda kebakaran hebat yang mengakibatkan 400 bangunan terdampak, pada Minggu (24/4/2022) sekira pukul 21.06 WIB.
Warga korban kebakaran Pasar Gembrong sempat mengungsi di tenda darurat dekat lokasi, hingga pada akhir bulan Mei 2022 lalu mereka direlokasi sementara ke Rusun CBU untuk proses revitalisasi.
Dalam revitalisasi ini, sebanyak 138 rumah warga korban kebakaran Pasar Gembrong yang memiliki legalitas dibangun ulang menggunakan anggaran Baznas Bazis Provinsi DKI Jakarta.
Proses pembangunan selesai dan diresmikan oleh Anies Baswedan yang kala itu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada Jumat (7/10/2024). Secara bertahap, warga pun mulai menempati bangunan rumah baru kawasan permukiman tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/02/18130881/warga-kampung-gembira-gembrong-masih-berupaya-bangkit-dari-keterpurukan