JAKARTA, KOMPAS.com - Ciliwung merupakan satu dari 13 sungai yang mengalir melintas di Ibu Kota Jakarta. Sungai ini menjadi salah satu sungai besar yang mesti dijaga kelestariannya lantaran semakin hari mengalami penurunan. Harapan pun muncul ketika kepedulian sekelompok orang membentuk komunitas dengan tujuan dan cita-cita agar kualitas sungai Ciliwung tetap terjaga.
Komunitas itu adalah Komunitas Ciliwung Condet, yang diketuai oleh Abdul Kodir (40), warga keturunan Betawi yang tinggal di Condet, Jakarta Timur. Pada 21 Juni 2004, komunitas tersebut dideklarasikan dan berdiri hingga sekarang. Komunitas ini memantau perkembangan Ciliwung dari tahun ke tahun.
Komunitas Ciliwung Condet berkumpul di Jalan Munggang Nomor 6 RT 10/RW 04, Condet Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur. Komunitas tersebut memiliki berbagai cabang dengan jumlah anggota yang tidak terdaftar lantaran bersifat partisipan dan non-struktural, yang tersebar seperti di Bojong Gede, Depok, Puncak dan sejumlah titik wilayah lainnya.
Abdul yang ditemui Kompas.com, Selasa (30/7/2013), menuturkan, komunitas tersebut menjalankan berbagai kegiatan untuk melestarikan Ciliwung dan budaya Betawi. Dari mulai pendidikan, pembibitan tanaman, sampai dengan kegiatan advokasi sungai dan lingkungan menjadi kegiatan utama mereka.
"Kegiatan kawan-kawan untuk mengapresiasi Ciliwung karena dari hulunya juga rusak. Tingkat kualitas sungai makin buruk, ya semua awalnya kayak gitu," kata Abdul.
Abdul mengatakan, salah satu aktivitas yang dilakukan adalah melakukan pemantauan Ciliwung dari suatu titik ke titik lain. Mereka pernah mengarungi Ciliwung dari Bojong Gede menuju Condet dengan 5 getek (rakit) dengan jumlah total 40 sampai 50 penumpang. Kegiatan ini mengundang perhatian sejumlah organisasi pencinta alam dari beberapa peguruan tinggi. Mereka mengidentifikasi keberagaman flora dan fauna yang masih ada di sekitar Sungai Ciliwung. Selain itu, Abdul mengatakan mereka juga mengamati lokasi dan kawasan yang rusak sampai dengan yang terancam rusak.
"Memang banyak sekali titik kerusakan Ciliwung, di samping ada titik-titik yang masih layak dipertahankan. Lokasi yang terancam rusak juga mulai banyak," ujar Abdul.
Setelah itu, dokumentasi pun dilakukan serta mempelajari mengenai kerusakan yang terjadi. Abdul tak mau mendiamkan kerusakan di Ciliwung terjadi. "Kemudian kita publikasikan bahwa banyak hal yang perlu dicegah dari kerusakannya. Dari media biar masyarakat sendiri yang prihatin dan untuk pemerintah supaya ambil tindakan bagaimana seharusnya," ujar Abdul.
Bicara masalah lingkungan, kata Abdul, semua orang tentu memiliki pandangan yang sama untuk kelestariannya. Namun, masalah kepeduliannya yang dinilainya tidak konsisten.
"Yang konsisten enggak sebanyak orang yang peduli. Sebenarnya yang tidak buang sampah sembarangan saja sudah bagian dari kita," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.