Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Jokowi-Ahok Jinakkan Tanah Abang...

Kompas.com - 27/08/2013, 06:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Penataan kawasan Pasar Tanah Abang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah setengah jalan. Sejumlah kebijakan dilaksanakan agar penataan itu "langgeng" sesuai dengan doa mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, yakni menjinakkan pemuda yang selama ini menjadi biang gagalnya upaya penataan.

Pemprov DKI menggandeng PT Primayana Djan Internasional, pengelola Blok A, B, dan C Pasar Tanah Abang untuk mempekerjakan pemuda asli setempat sebagai tenaga sekuriti di area pasar. Setidaknya, telah ada 75 pemuda yang saat ini yang tengah melalui proses perekrutan pegawai.

"Supaya jangan ada lagi PKL (pedagang kaki lima) jualan di luar dan dibekingi sama mereka," ujar Camat Tanah Abang Hidayatullah saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/8/2013).

Menurut Hidayatullah, kebijakan tersebut adalah inisiatif Pemprov DKI, diusulkan ke PT Primanaya Djan Internasional saat penataan kawasan pasar tersebut dimulai. Usul itu pun direspons positif.

Hidayatullah menjelaskan, sebelumnya, sebanyak 75 pemuda tersebut memiliki beragam profesi di Pasar Tanah Abang. Ada yang menjadi juru parkir ilegal, koordinator PKL yang berjualan di tepi jalan, hingga pemuda yang nongkrong di pasar itu. Seluruhnya, saat ini tengah menjalani perekrutan.

"Lulus atau tidaknya mereka tergantung pihak pengelola blok A, B, dan C itu. Kita ingin secepatnya selesai agar tidak ada masalah lagi," lanjutnya.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, pihaknya tengah mengalkulasi dampak positif atau negatif dari kebijakan tersebut. Ia tidak ingin kegelisahan yang Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama bahwa para pemuda akan menjadi "pagar makan tanaman" di kemudian hari benar terjadi.

"Plus minusnya dihitung, jangan cuma hitung-hitung di kantor, tapi plus minus di lapangan juga dihitung," lanjut mantan Wali Kota Surakarta itu.

Ketegasan jadi kunci

Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagyo, mengapresiasi positif kebijakan tersebut. Menurut Agus, pemberian pekerjaan kepada orang-orang seperti itu akan menutup peluang mereka untuk melaksanakan aksi-aksi yang selama ini dilakukan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan mereka kembali melakukan aksi-aksi lamanya saat sudah bertugas menjadi tenaga keamanan pasar.

Oleh sebab itu, ketegasan aturan main ke mereka merupakan kunci kesuksesan kebijakan tersebut. "Selama ini, mereka jadi preman karena bosnya juga preman. Kalau komandannya sekarang bukan preman, ya dia harus ikut. Tinggal bagaimana ada pengawasannya, ada aturan jelas," jelas Agus.

Yang namanya pembangunan pusat ekonomi, Agus melanjutkan, pendekatan terhadap warga setempat memang wajib dilaksanakan. Hal itu demi memperlancar kegiatan ekonomi jangka panjang. Agus berharap, kebijakan itu menuai hal positif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com