Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Realisasi Kereta Bandara Terganjal Rel Layang

Kompas.com - 03/09/2013, 06:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com- Pengoperasian proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan akan mundur dari rencana awal. Hal ini disebabkan desain infrastruktur kereta bandara masih menunggu desain rel layang jalur lingkar luar Jakarta yang akan dibangun pemerintah agar bisa terintegrasi.

Rencana awal, kereta bandara dari Stasiun Manggarai ke Bandara Soekarno-Hatta akan beroperasi pertengahan tahun 2014.

”Sampai saat ini, kami belum tahu desain rel layang ini seperti apa. Kami juga belum pernah diajak bicara tentang rencana rel layang. Karena mendengar ada rencana pembangunan rel layang, kami terpaksa menunda sejumlah kegiatan terkait penyelesaian pembangunan kereta bandara,” kata Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan, Senin (2/9/2013).

Penundaan itu, antara lain, meliputi lelang pembangunan sejumlah stasiun yang akan dilewati kereta bandara, yakni Manggarai, Sudirman, Tanah Abang, dan Duri.

Pembangunan stasiun, menurut Jonan, belum bisa dilakukan sebelum ada desain yang jelas tentang rencana rel layang ini. Jika tidak, desain stasiun yang akan dibangun oleh KAI harus dirombak lagi.

Penugasan kepada PT KAI untuk membangun sarana dan prasarana kereta bandara ini diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011. Saat Perpres ini diterbitkan, menurut Jonan, belum ada rencana pembangunan rel layang di jalur lingkar. Karena itu, desain infrastruktur yang disiapkan PT KAI juga mengacu pada kondisi yang ada saat ini.

”Kami sudah mengirim surat untuk meminta arahan Wapres atas pembangunan kereta bandara ini,” katanya.

Selain itu, rencana pembenahan persinyalan di Jabodetabek yang sedianya dimulai pada 2014 juga terancam mundur. ”Membenahi persinyalan untuk rel di atas tanah dan rel layang tentu akan berbeda. Karena itu, kami tunda juga rencana perbaikan persinyalan tersebut,” ucap Jonan.

Dua jalurSecara terpisah, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, rel layang jalur lingkar luar Jakarta yang akan dibangun kemungkinan besar diperuntukkan bagi KRL komuter saja.

”Rel yang ada di atas tanah seperti yang ada sekarang akan dipertahankan. Rel ini digunakan untuk kereta nonkomuter, seperti kereta barang dan kereta angkutan penumpang antarkota. Dengan demikian, lalu lintas KRL komuter tidak terganggu persilangan perjalanan dengan kereta barang atau kereta penumpang antarkota,” kata Hanggoro.

Untuk kereta bandara, Hanggoro mengatakan, pihaknya masih mengkaji apakah kereta ini menggunakan jalur rel layang atau rel yang ada di atas tanah. Jika kereta bandara memakai rel layang, perlu dibuatkan rel turunan yang menyambung dengan jalur ke Stasiun Batu Ceper di lintas Tangerang. Kereta bandara kemungkinan akan tetap memakai rel di atas tanah.

Dengan kondisi ini, frekuensi kereta yang melintas di rel di atas tanah akan berkurang. Saat ini, frekuensi kereta yang melintas di jalur lingkar sangat tinggi karena digunakan untuk KRL, kereta penumpang antarkota, dan kereta barang.

”Dengan frekuensi yang tinggi seperti sekarang, potensi kemacetan lalu lintas menjadi tinggi. Begitu juga dengan kecelakaan di pelintasan kereta,” katanya.

Dengan adanya rel layang dan rel di atas tanah pada jalur lingkar ini, menurut Hanggoro, stasiun juga akan dibuat dua, yakni stasiun layang dan stasiun di atas tanah.

Hingga kini, pembangunan rel layang jalur lingkar luar Jakarta masih dalam tahap koordinasi antara Kementerian Perhubungan dan pihak lain, seperti Pemda DKI Jakarta, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Bappenas. Tahun ini, Ditjen Perkeretaapian akan membuat desain dasar rel layang.

Pada tahun depan, desain dasar ini akan digunakan oleh kontraktor untuk merancang desain detail berikut harga pembangunannya. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com