Oh ya, dalam waktu dekat kita akan mengundang mereka makan siang. Beberapa waktu yang lalu, Pak Gubernur sudah menyampaikan rencana itu di media massa. Tapi ini di luar makan siang ya.
Saya cerita sedikit. Saya mendengar itu ada yang memprovokasi, yaitu mantan PNS ada yang tidak setuju sama Lurah Susan. Terus mereka mengoordinir massa. Ini saya bukan sembarang informasi. Kita tahu ini dari informasi kita di lapangan. Kami kan juga punya intelejen gitu.
Sangat disayangkan ya di Jakarta masih ada yang seperti itu. Ya mudah-mudahan saja nanti pas setelah makan siang, persoalan itu selesai. Kita berharapnya demikian.
Pertengahan tahun lalu, sebuah LSM bernama FITRA menyingkap ada dana blusukan yang nilainya mencapai Rp 26,6 miliar. Jokowi kemudian membantah dana itu dinamakan dana blusukan, karena yang ada bernama dana operasional. Nah, sebenarnya berapa dana operasional Jokowi-Basuki? dan dalam semester pertama sudah keluar berapa?
Benar, dana operasional Gubernur dan Wakil Gubernur adalah Rp 26,6 miliar, yang secara undang-undang dan hukum yang berlaku, itu adalah hak penuh untuk kegiatan operasional Gubernur dan Wakil Gubernur. Untuk dana blusukan, saya tidak tahu kenapa ada yang menyebutkan dana blusukan. Itu kalimat dari mana? Tidak ada dana khusus blusukan. Wah, yang mboten-mboten saja tuh, mereka asal bunyi, ha-ha-ha. Dana yang keluar, belum kami hitung.
Beralih dari dapur ke fungsi Hubungan Luar Negeri. Sepenting apa hubungan dengan kota di luar negeri?
Setiap Gubernur Provinsi DKI Jakarta sangat memerlukan komunikasi internasional dan hal tersebut sangat dibutuhkan. Karena dengan hal tersebut, bisa melakukan pembelajaran dibilang manajemennya kota, green growth, green building, serta sister city.
Target besar kami adalah Jakarta dalam membangun sebuah kota, saya berharap, semua sudah mengacu kepada smart city dan green city. Contoh, jika membangun reklamasi pulau, maka mulai dari air limbah, pengelolaan air bersih, serta pembangunannya infrastruktur listriknya sudah harus modern. Manangemen sudah harus mengacu ke highest technology. Kedua, saya berharap Jakarta dapat diperhitungkan di negara negara lainnya.
Pertemuan Gubernur dan Wali Kota negara ASEAN diapresiasi banyak pihak. Sebenarnya apa target besar dari pertemuan itu?
Awalnya kita melihat, mengamati di media massa, pemerintah pusat sampai hari ini tak memberikan kebijakan, membicarakan secara matang terkait hubungan luar negeri, industri dan perdagangan antarkota di negara ASEAN. Ini konteksnya pemerintah pusat yang membuka sistem single market dengan negara ASEAN 2015 mendatang. Padahal Jakarta itu Ibu Kota, harusnya lebih siap.
Berangkat dari itu, kita komunikasi dengan beberapa staf gubernur dan wali kota se-ASEAN, bagaimana kalau kami mengundang teman-teman ke Jakarta. Mereka siap. Akhirnya terlaksanalah kemarin itu. Kita ingin melihat kesiapan masing-masin kota sehingga dapat mencari peluang bersama yang menguntungkan. Minimal dengan acara itu, masyarakat Jakarta itu tahu bahwa 2015 kita menghadapi pasar bebas. Situasi itu tidak bisa dibendung karena dinamisasi negara di dunia. Kita ingin masyarakat itu siap-siap atas kondisi yang terjadi nantinya.
Apa tindak lanjut dari pertemuan tersebut?
Kita sadar situasi itu harus dipahami semua orang, termasuk SKPD, pemegang kebijakan. Ke depan, mulai dari kepala dinas sampai lurah dan camat akan kita kumpulkan. Kita adakan diskusi, pembicaranya dari Kemenlu dan sekretariat ASEAN. Minimal mereka tahu, oh ini toh pola pasar bebas yang secara ekstrem saya sebut penyerangan sistem ketahanan di Indonesia.
Kalau kualitas sebuah barang di Jakarta lemah, itulah yang diserbu oleh negara lain. Begitu juga sebaliknya, barang apa yang tidak ada di negara lain, kita serbu. Kita harus memperkuat diri. Cara salah satunya ya mengoptimalkan kinerja SKPD.
Saya agak menyitir sedikit, yang seharusnya, yang idealnya terjadi di 2015. Mobil murah boleh saja dijual di Jakarta, tapi kontennya harus lokal. Misalnya, teknologi mesin apa segala macam boleh saja dari luar negeri, tapi misalkan joknya, apanya, harus dari kita supaya industri kita bisa hidup. Kalau pasar bebas ini main dibuka saja, kita enggak siap-siap, habis kita.
***
Mengurus dapur sekaligus hubungan luar negeri seorang pemimpin seperti Jokowi dan Basuki memberikan tantangan tersendiri bagi Heru. Kerja, kerja, dan kerja adalah motto yang ia pegang teguh. Dengan satu kata itulah, Jakarta bisa maju tak hanya soal pembangunan fisik, tapi juga yang lebih besar dari itu, yakni membangun peradaban masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.