Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Optimisme dari Tepi Pesanggrahan

Kompas.com - 29/11/2013, 09:08 WIB

”Daripada pakai beton, lebih baik pakai beronjong, lalu di atasnya ditanami bambu supaya ikan, bulus, dan biawak dapat berkembang biak,” kata Bang Idin.

Impiannya, ingin mengembalikan kejayaan Pesanggrahan seperti yang tercatat dalam sejarah sejak abad ke-8 Masehi, ketika Pesanggrahan menjadi jalur khusus penguasa kala itu untuk mengontrol wilayah. Tindakan sederhana yang setia dijalaninya hingga kini menjadikan Sangga Buana ibarat kemustahilan di tengah hiruk-pikuk Jakarta.

Boleh jadi, itulah hasil dia bertahun-tahun belajar dan mencoba memahami apa yang diinginkan oleh alam. Ia teguh mempertahankan keberadaan palung-palung sungai karena itu menjadi tempat ikan berpijah. Ia gigih memopulerkan kembali penanaman bambu karena mempunyai banyak manfaat dan memainkan banyak fungsi untuk mempertahankan ekosistem sungai.

Tak ragu belajar

Apa yang dipahaminya itu diperkuat aneka diskusi yang diikutinya. Selain dari alam, ia tak ragu belajar dari siapa saja, termasuk mahasiswa dan ilmuwan yang dia jumpai. Ketertinggalan pendidikan formal tak menghalanginya belajar dari apa pun dan siapa pun.

”Dipati Ukur, pemimpin kerajaan Sunda awal abad ke-17, mengatakan, sungai tak boleh diutak-atik karena di sanalah kehidupan manusia bergantung,” ujarnya.

Dari Dipati Ukur pula, Bang Idin belajar bahwa rakyat adalah raja sesungguhnya. Untuk itu, pemerintah seharusnya jadi pelayan yang ngayomi, bukan membangun dengan aturan simpang siur.

Tak mau pusing memikirkan soal bagaimana pemerintah bersikap, KTLH fokus mengelola sampah selain berupaya menghijaukan bantaran di Sangga Buana dan mengajak warga menertibkan bangunannya sendiri.

Salah satunya, KTLH membujuk PT Intiland Development Tbk untuk tetap mempertahankan keaslian bantaran sungai. Perumahan dan jaringan saluran air dibangun dan ditata dengan konsep hijau. Pengembang pun bersedia menyerahkan sebagian lahan untuk sekolah sepak bola yang dikerjasamakan dengan Pro Soccer Academy dari Inggris.

”Kerja sama dengan kelompok Bang Idin membuat kami yakin kompleks hunian yang dibangun selaras dengan alam sehingga layak bernilai jual tinggi,” kata General Manager Serenia Hills Permadi Indra Yoga.

KTLH tengah getol bereksperimen mengolah sampah. Dengan alat yang dia sebut washer, sampah dibakar dan material sisa pembakaran dipadatkan menjadi batu api yang bernilai ekonomis. Berbekal pengalaman yang diwariskan dari kakeknya, Bang Idin ”membusukkan” sampah plastik dengan kapur. Hasil fermentasi itu dia gunakan sebagai media untuk menanam bambu.

”Ilmu begini gue dapat bukan dari sekolah,” kata Bang Idin. Ia menyebutnya sebagai ilmu paham….

—————————————————————————

Chaerudin

♦ Usia: 57 tahun

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com