Menurut Femke, keempat gorila itu berasal dari kebun binatang Inggris. ”Melihat kondisi kandang dan perawatan, kemungkinan besar mereka tidak akan mengirimkan gorila betina,” ujarnya.
Kematian beberapa satwa langka seperti orangutan, entah karena kecelakaan atau sakit, juga menjadi pertimbangan. Menurut dia, kelahiran primata di Ragunan menjadi sia-sia jika pengelolaan dan perawatan buruk.
Ahli lingkungan dari Universitas Indonesia, Tarsoen Waryono, berpendapat, TMR perlu diperluas dan dilengkapi dengan sistem canggih. Gunanya untuk mengawasi keseharian satwa, perawat, dan pengunjung. Perlu ada jaringan kamera berteknologi tinggi dengan ruang kontrol khusus yang dijaga secara bergiliran 24 jam.
Tarsoen, yang juga Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Geografi FMIPA UI, menambahkan, dalam mengelola Ragunan, selain dibutuhkan orang yang memiliki latar belakang ilmu terkait satwa serta kesehatan dan perawatan satwa, mereka yang bekerja di Ragunan seharusnya juga memiliki pemahaman tentang bagaimana seharusnya satwa hidup di habitatnya secara natural. Kondisi tempat tinggal satwa pun harus didesain secara natural meskipun sebagian dari koleksi satwa ditempatkan di lokasi yang bisa dilihat pengunjung.
”Hewan kalau sudah stres mungkin lebih susah pulihnya daripada manusia. Jadi, tidak bisa kandang satwa dekat dengan panggung dangdut atau dari tempatnya suara-suara keras yang tidak natural bisa terdengar jelas. Ini hanya salah satu hal kecil yang harus dipahami pengelola,” ujarnya.
Bambang Wahyudi dari Bagian Humas TMR, pekan lalu, mengatakan, pihak TMR tengah memperbaiki pengelolaan taman margasatwa itu. Terkait kios makanan yang ada di area TMR, menurut Bambang, itu dikelola koperasi. Namun, terkait pedagang lain serta kerja sama dengan pihak ketiga, ia mengaku tidak tahu. Ia juga mengaku tidak tahu berapa jumlah dana yang dihimpun dari kegiatan itu. Ia pun mengaku tidak mengetahui ke mana aliran dana itu mengalir.
Menurut Inspektorat Provinsi DKI Jakarta, pada tahun anggaran 2012, Ragunan menerima kucuran anggaran dari APBD sebesar Rp 56,2 miliar. Anggaran itu untuk gaji pegawai Rp 122 juta, belanja barang dan jasa Rp 37,44 miliar, serta belanja modal Rp 18,66 miliar.
Anggaran untuk pakan satwa terdapat pada alokasi belanja barang dan jasa sebesar Rp 10,5 miliar. Anggaran pakan yang terserap Rp 9,2 miliar. Dana itu, antara lain, digunakan untuk daging dan binatang hidup Rp 3,81 miliar, sayur dan buah-buahan Rp 3,88 miliar, serta pakan kering dan tambahan pakan lain sebesar Rp 1,53 miliar. (WER/NEL/NDY/JOS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.