Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Harus Jelaskan Rencana Penggusuran dan Solusinya

Kompas.com - 16/12/2013, 22:09 WIB
Ummi Hadyah Saleh

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai masih menggunakan cara-cara lama dalam menggusur warga. Warga tidak mendapat penjelasan yang memadai mengenai penggusuran dan rencana penggunaan lahan yang menjadi tempat tinggal mereka.

Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan mengatakan, sebagian besar warga tidak mendapat kejelasan setelah tempat tinggal mereka digusur. Menurut data Fakta, sejak Oktober 2012 hingga awal Desember 2013, jumlah warga yang ditampung di rumah-rumah susun masih terlalu kecil dibanding warga yang tidak mendapat tempat tinggal baru.

"Situasinya kini, yang dipindahkan ke rusun hanya 12 persen, selebihnya 85 persen tidak ada alternatif buat mereka," ujar Tigor dalam diskusi "Refleksi Akhir Tahun Warga Kota Jakarta, Menuju Jakarta yang Manusiawi", Senin (16/12/2013), di Jakarta Pusat.

Sementara itu, sosilog dari Universitas Pancasila, Aully Gransinta, berpendapat bahwa Pemprov DKI masih mengandalkan cara-cara lama dalam masalah penggusuran. Ia mengatakan, penggusuran sudah terjadi sejak zaman Gubernur Sutiyoso pada 2003 dan sampai kini pun masih terjadi.

"Dari 10 tahun yang lalu, tidak ada perbedaan alasan penggusuran yang signifikan. Pemprov harus memberikan informasi yang lebih jelas mengenai tindakan penggusuran dan solusinya. Apakah mereka dipulangkan, diberi penggantian rumah, atau sebagainya," ujar Aully pada diskusi tersebut.

Ia mengatakan, pemerintah harus memaparkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) sehingga masyarakat mengerti dan memahami apa yang akan dibangun di lokasi penggusuran. Dengan perencanaan jangka panjang, warga diharapkan dapat melakukan perencanaan matang dan dapat mempersiapkan kehidupan di tempat lain. Pemindahan warga juga harus dilakukan dengan cara yang manusiawi.

"Kalau di Singapura sudah jelas dipindahinnya, dikasih tempat, dan juga diberikan waktu untuk 10 tahun sebelumnya," kata dia.

Sementara itu, sosiolog dan akedemisi dari Murdoch University Ian Wilson mengatakan, Pemprov DKI Jakarta harus memprioritaskan pembangunan permukiman sosial. Permukiman inilah yang akan dijadikan tempat bagi warga yang digusur.

"Saat ini para korban penggusuran belum terwakili di dalam perencanaan pemerintah. Harusnya mereka mengutamakan pembangunan sosial," kata Wilson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com