Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Kita "Ngurus" Hujan Deras Saja

Kompas.com - 08/01/2014, 16:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Terus menempati urutan pertama dalam survei calon presiden pilihan publik, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tetap enggan menanggapi hasil survei itu. Seperti sebelumnya, mantan Wali Kota Surakarta itu tetap mengelak menjawab pertanyaan wartawan soal peluangnya menjadi calon presiden pada Pemilu Presiden 2014.

"Coba kita lihat, di depan kita itu ada apa. Hujan deras, kan? Kita ngurusi hujan deras ini saja, kok, malah ngurusin survai-survei," kata Jokowi, begitu dia biasa disapa, ketika ditemui wartawan di Balaikota Jakarta, Rabu (8/1/2014). Saat itu, hujan memang turun dengan deras.

Ketika didesak lagi apa komentarnya seputar elektabilitasnya yang semakin meroket dan jauh melewati beberapa tokoh lain, Jokowi hanya tersenyum-senyum kecil. "Ini saya mau keluar, mau ngecek Jakarta karena hujan deras," ujarnya sambil berlalu.

Seperti diberitakan, Jokowi selalu menempati urutan pertama dalam berbagai survei calon presiden (capres). Terakhir, survei Litbang Kompas kembali menempatkannya di urutan pertama, diikuti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla.

Bukan hanya itu, survei berkala Kompas bahkan menunjukkan, elektabilitas Jokowi terus meroket dari 17,7 persen (Desember 2012), 32,5 persen (Juni 2013), hingga terakhir 43,5 persen (Desember 2013).

Meski mendapat dukungan publik sangat tinggi, sejauh ini Jokowi belum dipastikan akan maju sebagai capres atau tidak. Sebab, PDI-P sebagai partai tempat Jokowi bernaung hingga kini belum menyatakan pencalonannya.

Publik "kasmaran"

Pengamat psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, memandang saat ini publik sedang "kasmaran" kepada sosok Jokowi. Gubernur Jakarta itu, katanya, mewakili pemimpin harapan publik, segar, dan tidak memiliki dosa politik besar dibandingkan sejumlah kandidat lain yang cenderung "itu-itu saja".

"Kalau pakai teori psikologi, masyarakat sekarang 'kasmaran' dengan Jokowi. Semua serangan terhadapnya tidak akan mempan, bahkan publik akan semakin menyayanginya. Ini membuat elektabilitas Jokowi tidak tertahankan, terutama ketika dibandingkan dengan tokoh-tokoh lama yang pamornya meredup," kata Hamdi.

Menurut dia, elektabilitas Jokowi kian menonjol ketika disandingkan dengan tokoh-tokoh lama yang didaur ulang. Terlebih lagi, tokoh-tokoh itu muncul sebagai kandidat capres lantaran permainan elite partai politik, bukan hasil sokongan publik. Tokoh-tokoh lama itu semakin kehilangan narasi untuk terus hadir sebagai kandidat pucuk pimpinan nasional.

Ketika hampir semua survei menunjukkan temuan sama, yaitu elektabilitas Jokowi tinggi, itu merupakan fakta ilmiah bahwa rakyat memang menginginkan sosok itu menjadi presiden. Ini semestinya membuka mata partai politik dan elite politik tak bisa lagi berpura-pura tidak tahu, menyangkal, atau menghibur diri dengan ilusi kebesaran diri sendiri. Partai politik semestinya berpikir ulang apakah tetap mengajukan nama-nama itu atau membuat terobosan.

"Besar kemungkinan PDI-P akan mengajukan Jokowi sebagai capres. Agak aneh jika partai ini sampai melewatkan kesempatan menang di depan mata, lalu justru berspekulasi mengutak-atik kemungkinan capres lain. Partai-partai lain bisa mempertimbangkan mengajukan capres dari nama-nama baru, muda, dosa politiknya kecil, bersih, dan memberi inspirasi," katanya.

Secara terpisah, Sekretaris Dewan Syura Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Andi M Ramly mengungkapkan, melejitnya elektabilitas Jokowi sangat fenomenal dan mengagetkan. Itu mencerminkan kerinduan masyarakat akan sosok yang merakyat.

Partai lain melirik

Citra itu terkemas dengan baik pada Jokowi yang "kampungan" itu. Kalau fenomena ini berlanjut sampai pemilu presiden dan dia kebagian pulung untuk dicalonkan jadi presiden oleh PDI-P atau gabungan partai, akan sulit bagi capres-capres dari partai lain menandinginya. Termasuk juga capres unggulan PKB, Mahfud MD, yang punya keunggulan integritas dan kejujuran serta ketegasan dibandingkan dengan capres lain saat ini.

"PKB tentu saja mengamati perkembangan ini. Tidak tertutup kemungkinan bagi kami untuk melirik Jokowi. Namun, untuk sementara PKB sudah punya calon unggulan, seperti Mahfud MD, Rhoma Irama, dan Jusuf Kalla. Keputusan akhir nanti diambil setelah pengumuman hasil pemilu legislatif," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com