Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetangga Kehilangan Sosok Pamudji yang Ramah

Kompas.com - 19/03/2014, 16:21 WIB
Agita Tarigan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Pelayanan Markas (Yanma) Polda Metro Jaya almarhum Ajun Komisaris Besar Pamudji (55) dikenal sebagai sosok yang ramah oleh para tetangganya. Pamudji, yang tewas dengan luka tembak di atas telinga kiri tembus ke atas telinga kanan, Selasa (18/3/2014) di Polda Metro Jaya, Jakarta, juga kerap menunjukkan keramahannya kepada anak-anak di sekitar rumahnya di Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

"Pak Mudji memang terkenal penyayang anak kecil," kata Samin, tetangga Pamudji, kepada Kompas.com, Rabu (19/3/2014).

Semasa hidup, Pamudji, yang lahir di Madiun pada 2 Oktober 1959, senang berinteraksi dengan anak-anak di sekitar rumahnya. Ketika Lebaran, ia juga dikatakan mengundang anak-anak ke rumahnya.

Tak hanya itu, suami dari AKBP Nurul Megawati yang berdinas di Binmas Polda Metro Jaya ini juga tak segan-segan menyapa warga di sekitar rumahnya. Jika sedang mengendarai mobil, ia biasanya menurunkan kaca jendela dan menyapa warga yang berpapasan dengannya.

"Bapak (Pamudji) kalau ketemu saya suka nanyain kerjaan, terus nanyain kesehatan anak dan istri saya. Sayang sekali orang ramah seperti itu cepat meninggalkan kita," kata Samin.

Hingga Rabu siang ini, motif dan apa yang menyebabkan Pamudji tewas belum diketahui pasti. Para penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih melakukan penyelidikan atas kasus itu. Empat anak buah Pamudji saat ini sedang diperiksa.

"Masih dalam pemeriksaan. Belum bisa disimpulkan apakah korban bunuh diri, tertembak, atau ada yang menembak. Empat orang saksi yang semuanya polisi masih menjalani pemeriksaan. Keempatnya relatif baik-baik saja," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Rabu pagi.

Ia membenarkan, sebelum ditemukan tewas di ruang piket Pelayanan Markas (Yanma) Polda Metro, korban sempat menegur seorang anggotanya, Brigadir S (Susanto). Sebab, anak buahnya itu tidak mengenakan baju dinas atau seragamnya, padahal sedang bertugas piket markas.

"Iya, korban menegur anggota karena tidak mengenakan baju dinas," katanya.

Korban memanggil Brigadir S dan memerintahkan untuk mengenakan seragam. Selain itu, korban juga meminta senjata api dinas milik Brigadir S.

Tindakan Pamudji menegur sampai meminta senjata api Brigadir S itu, kata Rikwanto, disaksikan Aiptu DM. Saat itu sekitar pukul 21.00. DM berada di lokasi karena akan pamit kepada Pamudji karena lepas dinas dan akan pulang setelah piket dari pukul 08.00 hingga pukul 20.00.

DM lalu keluar ruangan tersebut menuju ruang ganti baju. Selesai ganti baju, ia melihat Brigadir S sudah mengenakan seragam dinas. DM lalu keluar untuk pulang. Sekitar 30 meter meninggalkan ruangan piket Yanma, terdengar satu kali letusan senjata api.

DM yakin suara itu dari ruang piket Yanma. Ia langsung lari ke ruang piket Provos untuk melapor terdengar suara letusan. Bersama Iptu A, DM menuju ruang piket Yanma. Keduanya mendapati Brigadir S di depan ruang piket sambil berteriak, "Kayanma bunuh diri."

Keduanya kemudian masuk ke ruang piket Yanma dan mendapatkan korban tergeletak dengan kepalanya mengeluarkan darah.

"Saat ini masih diselidiki, bagaimana korban sampai tewas dengan luka tembakan di pelipisnya," ujar Rikwanto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com