Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Rusun Pinus Elok yang Ditempati Ilegal Dikosongkan

Kompas.com - 24/03/2014, 18:43 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Lebih dari 20 penghuni ilegal Rumah Susun Pinus Elok telah meninggalkan unit mereka. Saat ini, unit-unit tersebut telah disegel.

"Sejak awal sudah banyak yang mengosongkan, jumlahnya lebih dari 20 unit yang sudah dikosongkan," kata Kepala Unit Pengelola Rumah Susun Wilayah III Jefyodya Julyan, saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/3/2014).

Jefy mengatakan, dari total jumlah unit yang sempat disegel, hanya sebagian kecil yang masih dapat melakukan pengurusan untuk dapat kembali menempati rusun. Mereka adalah warga yang langsung melakukan klarifikasi pasca-penyegelan sehingga bisa mengurus untuk menempati tempat tinggal mereka kembali.

"Waktu itu memang kita melakukan penyegelan secara mendadak, makanya kita segel dulu. Mereka yang dapat menempati lagi itu yang sedang mengurus atau yang SP-nya belum diambil. Tapi jumlahnya kecil," ujar Jefy.

Pihaknya belum menjadwalkan kapan akan melakukan penindakan lanjutan berupa pengosongan paksa terhadap warga yang belum mengosongkan unit. Dirinya mengakui bahwa anggaran untuk melakukan pengosongan paksa belum tersedia. Sisa unit yang belum dikosongkan berjumlah sekitar 20 unit. Jefy menyatakan sebagian besar adalah warga yang masih "membandel" menempati rusun.

"Jumlah pastinya saya belum tahu berapa. Tapi yang pasti sisanya itu yang masih membandel," ujar Jefy.

Ia menambahkan, warga yang masuk melalui sistem percaloan dipastikan tidak diperkenankan untuk kembali menempati rusun. Warga dipersilakan melapor kepada polisi dan mengadukan oknum yang memperjualbelikan rusun kepada mereka.

"Saya sudah minta yang lewat percaloan supaya keluar. Anda lapor polisi setelah itu saya pertimbangkan lagi (menempati rusun). Kalau tidak, kita kosongkan paksa," ujar Jefy.

Sementara itu, untuk oknum PNS yang diduga terlibat jual beli rusun, Jefy mengatakan pihaknya sudah menyerahkan kepada Inspektorat DKI untuk penyelidikannya. "Saya hanya mengumpulkan data dan bahan, setelah itu dilaporkan ke inspektorat," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Megapolitan
Bus Wisata Ukuran Besar Bisa Parkir di Stasiun Gambir, tapi Lahannya Terbatas

Bus Wisata Ukuran Besar Bisa Parkir di Stasiun Gambir, tapi Lahannya Terbatas

Megapolitan
Mertua Korban Penganiayaan Menantu di Jakbar Gugat Kapolri-Kapolda ke Pengadilan

Mertua Korban Penganiayaan Menantu di Jakbar Gugat Kapolri-Kapolda ke Pengadilan

Megapolitan
Parpol Lain Dinilai Sulit Dukung Anies-Sohibul, PKS Bisa Ditinggal Calon Mitra Koalisi

Parpol Lain Dinilai Sulit Dukung Anies-Sohibul, PKS Bisa Ditinggal Calon Mitra Koalisi

Megapolitan
Selebgram Bogor yang Ditangkap Polisi karena Promosikan Judi Online Berstatus Mahasiswa

Selebgram Bogor yang Ditangkap Polisi karena Promosikan Judi Online Berstatus Mahasiswa

Megapolitan
Persiapan Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu DKI: Ada Beberapa Apartemen Menolak Coklit

Persiapan Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu DKI: Ada Beberapa Apartemen Menolak Coklit

Megapolitan
Petugas Parkir di Stasiun Gambir Mengaku Sering Lihat Bus Wisata Diadang Preman

Petugas Parkir di Stasiun Gambir Mengaku Sering Lihat Bus Wisata Diadang Preman

Megapolitan
PKS Batal Usung Sohibul Iman Jadi Cagub pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Dia Sulit Bersaing dengan Nama Besar

PKS Batal Usung Sohibul Iman Jadi Cagub pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Dia Sulit Bersaing dengan Nama Besar

Megapolitan
Berangkat dari Roxy Jakpus, Pengemudi Ojol Ngamuk di Depok Gara-gara Sulit Temukan Alamat

Berangkat dari Roxy Jakpus, Pengemudi Ojol Ngamuk di Depok Gara-gara Sulit Temukan Alamat

Megapolitan
Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Megapolitan
Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Megapolitan
Cerita 'Single Mom' Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Cerita "Single Mom" Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Megapolitan
Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Megapolitan
Polresta Bogor Tangkap Selebgram yang Promosikan Judi 'Online'

Polresta Bogor Tangkap Selebgram yang Promosikan Judi "Online"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com