Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Pangan Jakarta Aman

Kompas.com - 16/07/2014, 21:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa stok bahan pangan strategis pada dua pekan menjelang Lebaran mencukupi. Harga sejumlah bahan pangan cenderung naik, tetapi tidak signifikan dan masih terjangkau masyarakat.

Data Biro Perekonomian DKI Jakarta menunjukkan, stok beragam bahan pangan per 14 Juli cukup sampai 13 hari ke depan. Kepala Subbagian Ketahanan Pangan Biro Perekonomian DKI Jakarta Marlina Widyadewi, Selasa (15/7), mengatakan, itu tidak berarti setelah 13 hari stok habis.

”Stok akan terus bergulir masuk dan keluar DKI Jakarta setiap hari. Dengan jumlah yang ada sekarang, kami katakan stok pangan di Jakarta aman,” katanya.

Stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang mencapai 18.073 ton dan di Bulog DKI 59.848 ton. Kebutuhan harian berkisar 2.000-2.500 ton. Marlina mengatakan, harga beras grosir dan eceran di Pasar Cipinang rata-rata naik Rp 200 per kg.

Di Pasar Induk Beras Cipinang, stok beras hingga Selasa pagi mencapai 21.000 ton. Berdasarkan data PT Food Station Tjipinang Jaya selaku pengelola Pasar Induk Beras Cipinang, stok sebanyak itu dapat memenuhi kebutuhan beras di Jakarta dan sekitarnya selama 7 hari. Rata-rata setiap hari ada 3.000 ton yang keluar dari pasar induk untuk didistribusikan di Jakarta dan sekitarnya.

Senior Manajer Pengembangan PT Food Station Tjipinang Jaya Eri Muhtarsyid mengatakan, stok beras itu dijaga dengan jaminan pasokan beras setiap hari sebanyak 3.000 ton beras dari Jawa Barat serta sebagian kecil dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beras keluar 3.000 ton dan yang masuk 3.000 ton setiap hari. Sehingga persediaan yang ada di pasar tetap stabil,” katanya.

Terkait harga, lanjut Eri, juga relatif stabil sejak awal bulan puasa. ”Beras medium IR 64 kualitas 1 rata-rata seharga Rp 8.800 per kilogram, kualitas 2 seharga Rp 8.200 per kilogram, dan kualitas 3 seharga Rp 7.300 per kilogram.”

Menurut Eri, hingga Lebaran nanti diperkirakan tak akan ada perubahan berarti untuk persediaan, pasokan, dan juga harga beras. Sebab, sejak 2010, panen padi sudah berlangsung secara bergilir dari satu daerah dengan daerah lain. Sementara jalur pantai utara Jawa juga sudah membaik sehingga distribusi dapat berjalan lancar.

Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mengatakan, perlu ada manajemen dalam tata niaga kebutuhan pokok oleh negara.

”Di Malaysia dan Australia, ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan pokok warga negaranya masuk dalam wewenang pemerintah. Ada dasar aturannya. Dengan demikian, jika ada gejolak pasar yang terlalu membebani warga, pemerintah bisa intervensi langsung,” kata Tulus.

YLKI sudah beberapa kali menyerukan pentingnya ada lembaga khusus yang berwenang mengelola ketersediaan bahan kebutuhan pokok dan menetapkan kisaran harga jual kepada masyarakat. Sampai saat ini, hanya beras yang harganya di bawah kendali pemerintah karena masih ada Perum Bulog (Badan Urusan Logistik) yang khusus menangani bahan pokok itu.

Adanya intervensi pemerintah bukan berarti monopoli distribusi. Hal itu justru ada jaminan harga beli yang pantas bagi petani dan harga jual yang tidak memberatkan konsumen. Jadi, kebutuhan pokok tidak liar harganya di saat-saat penting, seperti menjelang puasa dan Lebaran.

Agar warga tidak terus terombang-ambing oleh harga bahan pokok yang tidak stabil, Tulus berharap pemerintah baru nanti bisa lebih peduli tentang persoalan ini.

Berdasarkan pantauan di situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) DKI Jakarta tercatat, harga masih stabil untuk beras, minyak goreng, bawang, cabai, daging sapi, ayam, dan telur. Harga sejumlah bahan pangan justru sedikit turun, yaitu harga ayam potong turun Rp 1.300 menjadi Rp 31.068 per kg. Penurunan harga ini, menurut Marlina, terjadi karena permintaan dari masyarakat sudah cenderung stabil atau mulai turun.

Harga sayuran, seperti cabai dan bawang merah di tingkat eceran naik, sementara di grosir justru turun. Harga cabai eceran naik Rp 200-Rp 400, sedangkan cabai grosir turun Rp 500-Rp 1.700. Harga bawang merah eceran naik Rp 700, sedangkan bawang merah grosir turun Rp 2.800. Marlina mengatakan, pasokan cabai ke Jakarta cenderung melimpah tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu sehingga harganya dikendalikan.

”Kenaikan harga bahan pangan strategis menjelang Lebaran tahun ini di Jakarta tidak terlalu signifikan. Harga memang naik sedikit demi sedikit, tetapi masih dalam batas wajar. Tidak seperti tahun lalu ketika harga-harga melonjak,” ujarnya.

Kerja sama DKI Jakarta dengan Lampung dan Nusa Tenggara Timur juga turut andil dalam stabilitas harga tahun ini.

Sugiono, Asisten Manajer Bidang Usaha dan Pengembangan Pasar Induk Kramatjati, mengatakan, tren harga komoditas akan naik sepekan sebelum Lebaran. Pasalnya, jumlah armada pengangkut komoditas ke pasar berkurang. Selain itu, umumnya, pedagang juga akan mudik sehingga terjadi kelangkaan komoditas. Harga pun terdongkrak. (FRO/MDN/A15/NEL/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com